Hidup dalam Kasih Karunia

Selasa, 16 Oktober 2018 – Hari Biasa Pekan XXVIII

338

Galatia 4:31b – 5:6 

Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.

***

Paulus telah mengingatkan bahwa orang-orang yang percaya kepada Kristus adalah anak-anak perempuan merdeka. Ia mengatakan hal ini untuk membedakan mereka dari orang Yahudi, yang disebutnya sebagai anak-anak dari perempuan budak. Orang Yahudi disamakan dengan budak karena mereka bekerja keras untuk melakukan hukum Taurat demi mendapatkan keselamatan. Sementara melakukan perbuatan menurut hukum Taurat, mereka ingat akan hukuman yang akan dijatuhkan bila mereka gagal.

Para pengikut Kristus adalah orang merdeka karena Kristus telah memerdekakan mereka. Bagaimana Ia melakukan hal itu? Ia mempersembahkan diri di kayu salib sebagai kurban untuk menghapus dosa semua manusia. Karena dosa sudah dihapuskan, manusia dipandang benar oleh Allah, sehingga layak menerima kehidupan kekal. Karena itu, mereka tidak perlu bekerja keras menaati hukum Taurat demi mendapatkan keselamatan.

Berdasarkan keyakinan itu, Paulus mengingatkan jemaat Galatia agar tidak mengikuti ajakan untuk menjadi Yahudi dan menaruh harapan akan keselamatan pada Taurat. Jika mereka sampai berlaku demikian, karya penyelamatan Kristus tidak ada gunanya bagi mereka. “Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.” Bagi orang Yahudi, sunat adalah tanda bahwa seseorang menjadi penganut agama Yahudi. Dengan menyunatkan diri, orang mewajibkan diri sendiri untuk melakukan hukum Taurat.

Mengikuti orang Yahudi dan memandang Taurat sebagai jalan keselamatan berarti menyingkirkan Kristus sebagai penyelamat manusia. Kristus telah mati untuk menyelamatkan manusia, tetapi mereka justru mencari jalan lain untuk mendapatkan keselamatan. Jika mereka berharap untuk mendapatkan keselamatan dengan menaati hukum Taurat, mereka lepas dari Kristus dan hidup di luar kasih karunia. Keselamatan akan mereka dapatkan bukan sebagai karunia dari Allah, tetapi sebagai hasil kerja keras mereka sendiri. “Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.”

Mari kita renungkan:

Yang diperlukan oleh orang yang percaya kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan bukanlah sunat dan hukum Taurat, melainkan iman yang bekerja oleh kasih. Orang yang percaya kepada Kristus menerima sebagai kebenaran bahwa Kristus mempersembahkan diri di kayu salib untuk membawa manusia ke dalam surga. Orang yang percaya akan mewujudkan kepercayaannya dalam perbuatan. Karena percaya bahwa Kristus telah mengasihi dia, orang beriman pun mengasihi Kristus. Tentu saja hal ini tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi dilakukan dengan mengasihi sesama. Jadi, orang yang percaya dan merasakan bahwa Kristus telah mengasihi dia akan mewujudkan kepercayaannya itu dengan mengasihi sesama.