Lingkaran rekan-rekan kerja Paulus tidak hanya terdiri dari laki-laki, tetapi juga perempuan. Ada sejumlah nama rekan kerja perempuan yang disebutkannya dalam salam penutup surat Roma seperti Febe (Rm. 16:1-2), Priskila (Rm. 16:3), Maria (Rm. 16:6), Yunia (Rm. 16:7), Trifena dan Trifosa (Rm. 16:12), dan Persis (Rm. 16:12). Beberapa nama perempuan lain yang disebutnya sebagai rekan kerja adalah Apfia (Flm. 2), serta Euodia dan Sintike (Flp. 4:2-3). Jadi, ada sejumlah rekan kerja Paulus yang berasal dari kaum perempuan, dan beberapa dari antara mereka memiliki peran penting dan menonjol dalam karya misi pewartaan Injil walau sulit untuk dilukiskan secara terperinci.
Jalinan kerja sama Paulus dengan rekan-rekan kerjanya diperlihatkan juga dalam rumus pembuka suratnya. Di sana nama rekan-rekan kerja yang memiliki hubungan khusus dan istimewa dengan jemaat yang menjadi penerima surat diikutsertakannya sebagai penulis dan pengirim surat. Terlepas dari surat Roma, Efesus, 1 & 2 Timotius, dan Titus, surat-surat lainnya ditulis bersama dengan rekan-rekan kerjanya: Silwanus dan Timotius (1 & 2 Tesalonika), Timotius (Filemon, Filipi, 2 Korintus), Sostenes (1 Korintus), serta semua saudara seiman yang ada bersama-samanya (Galatia).
Mengapa nama beberapa rekan kerja diikutsertakan oleh Paulus sebagai penulis dan pengirim surat? Alasannya tidak begitu jelas. Namun, diasumsikan bahwa mereka telah memberi kontribusi dalam beberapa hal, seperti memberitahukan situasi jemaat atau mungkin juga menawarkan solusi tertentu dalam surat yang memuat tanggapan-tanggapannya.[1] Kehadiran mereka sebagai penulis dan pengirim surat menunjukkan bahwa isi surat-surat Paulus sangat mungkin juga mewakili pandangan mereka walau Paulus sendiri sering berbicara dalam bentuk orang pertama tunggal – “aku” – dalam teks utama surat-suratnya.[2]
Kita selanjutnya bertanya tentang akar dari kesadaran Paulus akan pentingnya kerja sama. Dari mana munculnya kesadaran Paulus akan pentingnya kerja sama dalam misi pewartaan Injil? Kesadaran ini tidak semata-mata muncul dari kebutuhan atau desakan situasi, tetapi dari visi teologisnya. Ia berpandangan bahwa semua pengikut Kristus adalah kawan sekerja untuk Allah (1Kor. 3:9), yang dipanggil dan diutus untuk terlibat dalam karya pewartaan Injil. Karena itu, tugas mewartakan Injil dan membangun iman jemaat harus dilihat sebagai tanggung jawab setiap orang kristiani.
(Bersambung)
[1] Judith Schubert, “Paul as Letter Writer” dalam Bible Today, Vol 42 (2004):15.
[2] Daniel J. Harrington, “The Collaborative Nature of the Pauline Mission” dalam Bible Today, Vol 42 (2004):205.