Sukacita Menjadi Murid Kristus

Sabtu, 6 Oktober 2018 – Hari Biasa Pekan XXVI

853

Lukas 10:17-24

Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.”

Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”

***

Pencapaian atau prestasi selalu memberi kegembiraan, dan biasanya dirayakan dengan berbagai macam cara. Misalnya saja pesta ulang tahun kelahiran, perkawinan, kaul kekal, imamat, dan lain sebagainya. Di Nusa Tenggara Timur, anak-anak yang menerima komuni pertama pun dipestakan dengan meriah. Contoh lain lagi, baru-baru ini prestasi kita di Asian Games 2018 juga dirayakan dengan berbagai cara, termasuk dalam perayaan Ekaristi.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita menyaksikan kegembiraan dan suka cita para murid Yesus atas pencapaian mereka. Dua hari yang lalu, kita telah mendengar bahwa mereka diutus oleh Yesus untuk mendahului-Nya ke kota-kota yang akan Ia kunjungi. Hari ini kita mendengar bahwa mereka telah kembali dan berkumpul bersama Yesus. Mereka sangat gembira dan melaporkan hasil kerja mereka kepada Yesus, “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Mereka sangat bahagia dengan pencapaian itu.

Yesus menyambut serta meneguhkan keberhasilan para murid dengan memberi kesaksian. Keberhasilan para murid digambarkan oleh Yesus sebagai jatuhnya Iblis dari langit. Namun, Yesus mengingatkan dan menekankan bahwa kekuatan mereka berasal dari Tuhan, bukan dari diri mereka sendiri.

Yesus juga mengajak para murid untuk melihat lebih dalam, apa yang seharusnya menjadi sumber sukacita dan kegembiraan mereka. Yang semestinya paling membuat mereka bersukacita adalah karena nama mereka telah tertulis di surga.

Kegembiraan dan sukacita merupakan pengalaman harian kita. Ada saja hal yang bisa membuat kita bersukacita. Hari ini Yesus mengajak kita untuk melihat inti terdalam dari sumber sukacita kita. Kalau misalnya kita berhasil dalam suatu usaha tertentu yang telah memberi kita banyak keuntungan, apakah kita bersukacita karena kita lebih unggul sehingga mampu mengalahkan saingan kita? Ataukah mungkin kita bersukacita karena merasa selalu berada di jalan yang benar sehingga Tuhan lebih memberkati usaha kita daripada usaha orang lain? Ataukah ada alasan lain yang lebih dalam, misalnya kita bersukacita karena mampu memberdayakan diri sebagai citra Allah yang diberi kemampuan untuk berpikir?

Alasan kita bersukacita biasanya tergantung pada apa yang menjadi orientasi dan tujuan kita. Jika orientasi dan tujuan hidup kita adalah hal-hal yang sifatnya duniawi, misalnya harta yang banyak atau jabatan yang tinggi, maka perolehan dalam hal-hal seperti itulah yang menjadi sumber sukacita kita. Sebaliknya, jika kita menjalani hidup dan melakukan sesuatu dengan senantiasa mengarahkan hati kepada Tuhan agar kehendak-Nya terlaksana melalui diri kita, maka yang senantiasa menjadi sumber sukacita kita adalah Tuhan dan kehidupan kekal yang akan kita terima.

Hendaknya kita menjadi sosok yang disebut terakhir. Tuhan kita jadikan sebagai sumber sukacita kita. Dengan ini, berhasil atau gagal, kita akan selalu bersukacita karena kita mampu melihat kehendak Tuhan dalam keberhasilan atau kegagalan itu. Selain itu, kita juga akan selalu bersyukur karena Tuhan telah memilih kita menjadi utusan-Nya melalui anugerah iman yang kita miliki. Tuhan tidak memilih orang yang bijak menurut ukuran dunia, tetapi Dia memilih orang-orang sederhana yang senantiasa mampu membuka diri bagi kehendak-Nya.

Saudara-saudari sekalian, marilah kita merenungkan apakah kita senantiasa menjadikan Tuhan dan kehidupan kekal sebagai tujuan dan orientasi hidup kita. Semoga kita senantiasa mengalami sukacita sebagai orang-orang pilihan Tuhan.