Lukas 9:57-62
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
***
Menjadi pengikut Yesus itu tidak mudah. Saya teringat pada perjalanan panggilan saya sebagai seorang suster. Ketika lulus SMA, ayah dan ibu saya memiliki mimpi besar untuk melihat saya menjadi orang sukses. Jalannya adalah dengan studi lanjut di perguruan tinggi seperti kakak-kakak saya. Namun, saya malah meminta izin untuk masuk biara. Untuk mereka, ini sangat berat. Sebagai keluarga Batak yang memiliki tujuh putra dan dua putri, di mana seorang putrinya sudah terlebih dahulu masuk biara, tentu mereka merasa berat kalau satu-satunya putri yang tinggal juga memilih jalan yang sama. Berbagai alasan dikemukakan orang tua untuk mencegah saya masuk biara. Namun, pada akhirnya mereka membiarkan saya berangkat untuk memenuhi keinginan dan cita-cita saya.
Hidup membiara ternyata tidak mudah untuk dijalani. Banyak tantangan dan kesulitan menghadang saya, misalnya untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan biara, menyesuaikan diri dengan rekan-rekan yang berasal dari berbagai latar belakang, juga untuk mengatasi segala godaan yang datang dari dalam dan luar diri. Apakah saya pernah memiliki keinginan untuk keluar dari biara? Pernah. Apakah orang tua pernah berusaha untuk mempengaruhi saya agar keluar dari biara? Pernah. Namun, entah bagaimana cara Tuhan mendampingi saya, pada akhirnya saya mampu memutuskan untuk mengikrarkan kaul kekal. Sejak saat itu, orang tua dengan rela melepaskan saya. Mereka mendukung dan mendoakan saya agar setia seumur hidup.
Bacaan Injil hari ini berbicara tentang mengikut Yesus. Tentang hal ini setidaknya dinyatakan tiga hal.
Pertama, mengikut Yesus berarti harus siap untuk tidak mempunyai tempat meletakkan kepala. Biasanya, kalau kita merasa sangat lelah karena berbagai pekerjaan harian, satu-satunya hal yang kita rindukan adalah tempat di mana kita bisa merebahkan diri dan meletakkan kepala untuk mendapatkan kenyamanan. Yesus menyatakan bahwa untuk mengikut Dia, kita harus siap melepaskan kenyamanan-kenyamanan kita. Melepaskan kenyamanan berarti harus siap dan mampu bertahan dalam keadaan yang paling sulit sekalipun. Yesus mengatakan hal ini sebagai suatu syarat, sebab sering kali orang begitu menggebu-gebu untuk mengikut Dia, tetapi cepat mundur dan menyerah saat menghadapi tantangan. Yesus menginginkan kita menjadi pengikut yang tangguh dan militan, yang tidak mudah menyerah dalam setiap kesulitan dan tantangan.
Kedua, mengikut Yesus berarti harus siap untuk pergi dan memberitakan Kerajaan Allah di mana-mana. Tugas kita sebagai pengikut Yesus adalah pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Kerajaan Allah. Pelaksanaan tugas ini tidak boleh ditunda. Kapan saja diminta, kita harus berangkat saat itu juga. Untuk menekankan hal tersebut, Yesus sampai berkata, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati,” sebagai tanggapan terhadap orang yang meminta izin untuk menguburkan ayahnya terlebih dahulu. Dengan itu, Ia mau mengatakan, ketika Tuhan memanggil kita untuk mengikut diri-Nya, jangan pernah menundanya dengan alasan apa pun.
Ketiga, mengikut Yesus berarti harus siap untuk membajak dan tidak menoleh ke belakang. Yesus menginginkan pengikut-Nya untuk fokus pada panggilan dan pada tanggung jawab yang diberikan. Saya jadi teringat pada alasan mengapa dulu kerudung para suster dibuat sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian wajah dari atas, samping kiri dan kanan. Tujuannya adalah agar para suster tidak melihat ke kiri dan kanan. Mereka harus fokus memandang ke depan, berjalan lurus, dan mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berkonsentrasi melakukan tugas-tugasnya. Inilah juga yang diinginkan Yesus dari kita. Banyak godaan yang bisa membuat kita tidak fokus pada panggilan Tuhan, termasuk kenangan-kenangan masa lalu yang sudah kita lewati. Hal ini tentu akan mengurangi energi dan konsentrasi kita untuk berjuang menghadapi tantangan di masa depan.