Suksesi Pemimpin Gereja (2)

191

Pemilihan paus dilakukan di Kapel Sistine dalam pertemuan tertutup yang disebut konklaf. [1] Kata “konklaf” berasal dari dua kata Latin: cum yang artinya “dengan” atau “bersama,” dan clavis yang artinya “kunci.” Secara harfiah, konklaf berarti “terkunci dengan kunci.” Kata itu kini digunakan baik untuk menunjuk pertemuan para kardinal dalam rangka memilih paus yang baru maupun ruang tertutup yang mereka pakai untuk pertemuan itu. Para kardinal yang mewakili Gereja universal dikumpulkan di sebuah ruang tertutup. Mereka tidak boleh berkontak dengan orang lain guna menghindari segala bentuk pengaruh dari pihak luar selama proses pemilihan berlangsung.

Pemilihan paus melalui konklaf terinspirasi oleh sebuah peristiwa sejarah penting pada abad 13.[2] Pada tahun 1268, para kardinal berkumpul di istana kepausan di Viterbo, Italia, guna memilih paus baru setelah Paus Klemens IV meninggal. Karena berbagai tekanan politik, mereka tidak berhasil membuat keputusan selama hampir tiga tahun. Itu sebabnya mereka lalu dikunci atau dikurung oleh para petugas agar tidak pergi meninggalkan konklaf. Akan tetapi, mereka belum juga bisa memutuskan. Orang-orang menjadi semakin frustrasi sehingga membongkar atap agar para kardinal itu tidak terlindungi dari cuaca. Sebagai makanan dan minuman, mereka hanya diberi roti dan air. Para kardinal akhirnya berhasil memilih paus yang baru, Paus Gregorius X, pada tanggal 1 September 1271. Sejak saat itu, pertemuan para kardinal guna memilih seorang paus yang baru dikenal dengan istilah konklaf.

(Bersambung)

[1] Alur gagasan tentang konklaf dalam tulisan ini sebagian besar mengikuti uraian Barbara E. Reid, “What’s Biblical about … the Conclave” dalam the Bible Today (Vol. 51, May/June 2013), 181-184.

[2] William P. Saunders, “Straight Answers: Cardinals, Conclaves and a New Pope,” Arlington Catholic Herald.