Intensitas Penggunaan Alkitab di Kalangan Keluarga Kristen (6)

Pandangan dan Pengalaman Katolik

212

Kitab Suci dalam liturgi (Ekaristi)

Penggunaan Kitab Suci dalam Gereja Katolik erat kaitannya dengan penggunaannya dalam liturgi. Dengan sangat tegas, Konsili Vatikan II memutuskan untuk menjadikan Kitab Suci salah satu unsur utama dalam segala perayaan liturgis, khususnya dalam perayaan Ekaristi.

Untuk itu, buku-buku liturgi harus diperbarui, daftar bacaan Kitab Suci dalam perayaan liturgi juga harus diubah agar “bagi kaum beriman kristiani jalan ke arah Kitab Suci terbuka lebar-lebar” (Dei Verbum 22). Konsili Vatikan II menghendaki agar bacaan Kitab Suci dalam liturgi “lebih kaya, lebih beragam, dan lebih terpilih” (Sacrosanctum Concilium 35). Hanya dengan demikian perayaan misteri keselamatan menjadi lebih dapat dimengerti, hidup, dan dihayati. Bacaan dalam Ekaristi bertujuan pastoral (Ordo Lectionum Missae 58). Tata bacaan ini diatur sedemikian rupa, sehingga umat memperoleh pengenalan akan keseluruhan sabda Allah berkat penjelasan yang sesuai (Ordo Lectionum Missae 60).

Selama seluruh tahun liturgi, terutama untuk masa-masa khusus, bacaan-bacaan itu dipilih dan diatur dengan tujuan agar setapak demi setapak umat mengenal iman yang mereka akui dan sejarah keselamatan secara lebih mendalam. Tata bacaan itu diatur sedemikian rupa agar misteri Kristus dan Injil diwartakan secara utuh (Ordo Lectionum Missae 63). Agar umat dapat mengenal iman mereka dan sejarah keselamatan secara lebih mendalam, dibuat dua alur bacaan sepanjang tahun:

  1. Bacaan mingguan untuk hari-hari Minggu dan hari-hari raya.
  2. Bacaan harian untuk hari-hari biasa.[1]

(Bersambung)

 

[1] Tata Bacaan Hari Minggu/Hari Raya dijabarkan dalam kurun waktu 3 tahun (tahun A, B, C), sedangkan Tata Bacaan Harian dijabarkan selama 2 tahun (tahun I, II). Kedua tata bacaan ini tidak ada kaitannya satu dengan yang lain. Tata Bacaan Hari Minggu/Hari Raya berjalan sendiri terpisah dari Tata Bacaan Harian, dan sebaliknya (Ordo Lectionum Missae 65). Tekanan memang dijatuhkan untuk Tata Bacaan Hari Minggu/Hari Raya karena kutipan-kutipan yang lebih penting dibacakan pada hari-hari itu. Namun, sesungguhnya Tata Bacaan Harian lebih kaya karena untuk bacaan Perjanjian Lama tidak dimaksudkan agar serasi dengan bacaan Injil, melainkan dibacakan hampir semua buku dengan sistem semi kontinu dan dari sudut pandang sejarah keselamatan. Sementara itu, untuk tulisan-tulisan rasuli, yakni surat-surat dan kitab Wahyu, serta Injil praktis seutuhnya dan secara semi kontinu dibacakan pula pada hari-hari biasa (untuk Masa Biasa).