Iman dalam Kesatuan

Selasa, 3 Juli 2018 – Pesta Santo Tomas

195

Yohanes 20:24-29

Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”

Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

***

Arus individualisme merasuk dalam seluruh sendi kehidupan. Hidup menggereja pun tidak luput dari pengaruhnya. Walau Gereja dipahami sebagai kumpulan umat beriman, ada saja orang yang merasa bahwa hidup menggereja adalah urusan pribadi. Ada orang yang merasa tidak perlu terlibat dalam berbagai kegiatan entah di tingkat lingkungan, wilayah, paroki, atau kelompok-kelompok kategorial. Bagi mereka, hidup menggereja cukuplah dengan datang misa di hari Minggu.

Orang-orang seperti ini biasanya tidak mengenal sesama warga Gereja. Mereka juga tidak peduli dengan berbagai berita dan gerak langkah Gereja. Orang seperti ini sebenarnya terasing dari persekutuan atau lebih tepatnya mengasingkan diri dari persekutuan. Imannya yang bersifat ritual dan personal tidak akan banyak berkembang. Bahkan, sangat mungkin kalau kemudian ia mengalami krisis iman.

Injil hari ini menggambarkan bagaimana pengalaman Didimus atau Tomas. Ketika Yesus hadir di tengah murid setelah kebangkitan-Nya, ternyata Thomas “tidak ada bersama-sama mereka.” Tomas terpisah dari persekutuan para murid. Karena itu, imannya tidak bertumbuh. Berbeda dengan para murid yang mengalami kehadiran Yesus yang telah bangkit, Tomas meragukannya. Para murid mendapat penghiburan dan peneguhan karena “telah melihat Tuhan,” sebaliknya Tomas mengalami krisis kepercayaan. Karenanya ia berkata bahwa sebelum ini dan itu “sekali-kali aku  tidak akan percaya.” Dalam keterpisahan dengan persekutuan para murid, iman Tomas menjadi iman yang penuh syarat.

Lain halnya ketika ia berada dalam persekutuan para murid. Dalam kebersamaan tersebut, imannya tumbuh dan diteguhkan. Karena itu, ketika berjumpa dengan Yesus yang bangkit, ia berseru dengan nyaring, “Ya Tuhanku dan Allahku.” Kalau kita selalu menjaga untuk tinggal dan terlibat dalam persekutuan umat beriman, iman kita pun akan tumbuh, berkembang, dan semakin kuat.