Ulet dan Bernyali dalam Mewartakan Injil

Jumat, 29 Juni 2018 – Hari Raya Santo Petrus dan Paulus

223

Matius 16:13-19

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

***

Di halaman depan Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang berdiri kokoh dua patung rasul utama, Santo Petrus yang memegang kunci dan Santo Paulus yang memegang kitab dan pedang. Petrus memegang kunci Kerajaan Surga karena demikianlah Yesus telah mempercayakan itu kepadanya. Sementara itu, Paulus adalah pewarta Injil yang andal dan mendapat mahkota kemartiran. Kedua patung itu seakan hendak mengingatkan para calon imam di sana untuk senantiasa mencintai Gereja yang telah didirikan Kristus di atas dasar Santo Petrus, dan tanpa kenal lelah ataupun takut mewartakan Injil Tuhan seperti teladan Santo Paulus.

Hari ini Gereja memperingati kedua rasul utama ini. Keduanya seakan kontras satu sama lain, tetapi sesungguhnya saling melengkapi. Petrus yang diangkat menjadi pimpinan kedua belas rasul berlatar belakang nelayan dari Galilea. Dia menjadi salah satu saksi mata ketika Yesus menyatakan kemuliaan-Nya di atas sebuah gunung. Ia menyertai Yesus di Getsemani dan mendapat penampakan dari Yesus yang bangkit.

Sementara itu, Paulus adalah seorang anak kosmopolitan Tarsus. Kristus yang bangkit menyatakan diri kepadanya, sehingga membalikkan jalan hidupnya seratus delapan puluh derajat. Dari pembinasa para pengikut Yesus, ia menjadi pewarta nama Yesus kepada bangsa-bangsa non Yahudi. Latar belakang pendidikan Paulus memungkinkan dia mengemban tugas untuk mewartakan Injil kepada orang Yunani dan Romawi. Dia juga sanggup berdebat dengan orang Yahudi di sinagoga-sinagoga.

Dengan merayakan kedua rasul utama ini, secara konkret kita juga diajak untuk bersyukur atas iman apostolik yang kita warisi dari para rasul yang menjadi saksi mata bagi hidup, karya, dan ajaran Yesus. Kita juga diingatkan untuk mendengarkan dan mengindahkan ajaran Magisterium (para pimpinan Gereja). Selain itu, militansi Paulus dalam mewartakan Injil menantang kita untuk ulet dan bernyali dalam mewartakan Injil di zaman modern ini.

Santo Petrus dan Paulus, doakanlah kami!