Matius 7:15-20
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”
***
Berita munculnya nabi-nabi atau pengajar-pengajar palsu sebenarnya bukan hal yang baru. Jauh-jauh hari Yesus sudah memperingatkan bahwa kelak akan muncul nabi-nabi palsu yang menyusup ke tengah kawanan domba. Mereka akan mengenakan bulu domba, sehingga banyak orang terkecoh. Mereka ini sebenarnya adalah serigala buas yang siap memperdaya dan memangsa umat.
Memang tidak mudah bagi umat untuk memastikan apakah yang mereka hadapi adalah nabi-nabi sejati atau nabi-nabi palsu. Demikian juga halnya dengan para pengajar yang mewartakan firman Allah. Sungguhkah orang-orang itu mewartakan firman Allah? Ataukah yang mereka sebarnya sesungguhnya adalah perkataan mereka sendiri? Benarkah firman Allah mereka wartakan dengan tulus? Ataukah firman itu mereka manipulasi agar cocok dengan keinginan mereka sendiri?
Dalam kitab Didakhe, tulisan Kristen Yahudi abad 2, dinyatakan antara lain bila ada seorang nabi yang bernubuat soal makanan untuk dirinya sendiri, pastilah dia itu nabi palsu. Namun, bila dia bernubuat soal makanan untuk orang lain, umat tidak boleh cepat menghakimi orang itu, sebab bisa jadi ia memang dipakai Tuhan untuk membantu orng-orang yang berkekurangan (Did. 11:9, 12).
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan panduan untuk membedakan nabi sejati dan nabi palsu, yakni dengan melihat perbuatan mereka. Sebuah pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula. Seorang nabi sungguh menyampaikan apa yang dinyatakan Tuhan kalau perbuatan nabi itu selaras dengan perkataannya. Sang nabi harus mewujudkan kasih secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bila ia gampang marah, tidak setia, gila harta, suka korupsi, dan suka memfitnah, jelas kiranya kalau orang ini bukan nabi atau pengajar sejati. Abaikan perkataan mereka meskipun bisa jadi terdengar suci, indah, puitis, dan meyakinkan. Perkataan-perkataan itu pada dasarnya omong kosong belaka. Orang-orang tersebut adalah pohon-pohon yang menghasilkan buah yang tidak baik. Pada saatnya mereka akan ditebang dan dicampakkan oleh-Nya.
Sebaliknya, kita sendiri juga diingatkan bahwa dengan menerima Sakramen Baptis dan Krisma, kita mengemban tugas kenabian. Kita diajak untuk mewartakan Injil lewat kata-kata dan perbuatan kasih yang nyata. Semoga kata-kata dan perbuatan kita sungguh padu dan selaras dengan ajaran Tuhan.