Matius 6:1-6, 16-18
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
***
Saudara-saudari yang terkasih, adalah umum dalam kehidupan sehari-hari kalau orang yang memberi sumbangan, namanya akan terpahat di batu prasasti atau setidaknya diumumkan secara terbuka agar diketahui oleh masyarakat luas. Motivasi untuk dipuji, dikenal, dan dikenang rupanya masih sering mewarnai banyak orang dalam memberi.
Kebanyakan orang juga cenderung lebih mudah untuk memberi sumbangan kepada hal-hal fisik yang tampak megah daripada untuk hal-hal yang tidak terlihat, misalnya saja untuk pengembangan diri dan lain-lain. Tidak sedikit pula orang yang suka memberi karena mempunyai motivasi do ut des (memberi supaya diberi). Pertanyaannya, adakah orang yang memberi dengan tulus dan tanpa pamrih?
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk berefleksi mengenai motivasi kita dalam berbuat baik, secara khusus dalam hal memberi atau bersedekah atau berbagi. “Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi,” demikian Yesus menegaskan.
Pencitraan dan pengakuan adalah motivasi-motivasi yang populer pada zaman ini. Sosial media membantu kita dengan mudah untuk mengunggah perbuatan-perbuatan baik kita demi mendapatkan like, pengakuan, maupun perhatian.
Di zaman yang semakin mengagung-agungkan ego center seperti sekarang ini, sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk kembali melihat lebih dalam: apa motivasi kita dalam berbuat baik? Ingin dipuji, dikenal, dan dikenang? Itu biasa, dan kalau itu motivasinya, kita sudah mendapatkan upahnya.
Namun, karena kita adalah murid-murid yang luar biasa, kita diajak untuk memberi secara tulus, tanpa pamrih, tanpa syarat. Bebaskan diri kita dari keinginan-keinginan untuk diakui, diperhatikan, dihargai, dipuji, dikenal, dan dikenang!