Karena itu, Tuhan akan menghukum Israel (Hos. 2:5, 12). Ia akan menyekat jalan-jalan dengan duri-duri dan mendirikan pagar tembok untuk mengurung Israel supaya tidak dapat bertemu lagi dengan para kekasihnya. Ia akan mengambil kembali gandum dan anggur-Nya, serta merampas kain bulu domba dan kain lenan-Nya. Tuhan akan menghentikan segala kemeriahan upacara keagamaan. Ia pun akan memusnahkan pohon anggur dan pohon ara yang diyakini Israel sebagai pemberian dari para kekasihnya.
Tuhan menghukum bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan Israel. Sesudah serangkaian hukuman itu, Tuhan akan membujuk Israel agar mau dibawa-Nya pergi ke padang gurun, tempat Tuhan dan bangsa itu melangsungkan perkawinan. Di tempat itu, Ia akan berusaha untuk menenangkan hati Israel. Ia akan kembali memperlakukan Israel sebagai istri yang dikasihi-Nya. Ia akan memberikan kepada istri-Nya itu kemakmuran dan kesejahteraan yang selama ini diharapkan datang dari para Baal, yakni para kekasihnya itu (bdk. Hos. 2:4).
Demikianlah Tuhan membangun hubungan yang baru dengan Israel. Dalam hubungan yang baru itu, Israel yang tadinya memanggil Tuhan dengan sebutan “Baalku” akan memanggil-Nya dengan sebutan “suamiku.” Orang Israel memang pernah menyebut Tuhan sebagai “Baal,” yang berarti tuan atau majikan. Pemakaian sebutan ini tidak mengandung pemujaan berhala, sebab yang dimaksud ialah Tuhan sendiri. Namun, Tuhan kemudian melarang orang Israel memanggil-Nya dengan sebutan itu karena nama Baal mengingatkan mereka pada dewa-dewa yang dipuja orang-orang Kanaan (Hak. 2:13 dst.). Karena itulah Israel nanti akan menyebut Tuhan dengan sebutan “suamiku.” Sebutan ini semata-mata mengungkapkan kemesraan hubungan suami-istri, bukan takluknya istri kepada suami.
Dalam perkawinan itu, Tuhan tidak memberikan benda-benda berharga atau kesejahteraan. Itu semua sudah Ia berikan, tetapi orang Israel mengira bahwa yang memberikannya adalah Baal (Hos. 2:7). Sebagai mas kawin, Tuhan akan memberikan keadilan dan kebenaran kepada Israel. Selain itu, Tuhan juga akan memberikan kepada Israel kasih setia dan kasih sayang. Tuhan setia pada janji yang telah diucapkan-Nya, dan kesetiaan itu terungkap dalam kasih sayang-Nya terhadap Israel.
Kasih setia Allah menuntut dari pihak umat penyerahan diri dan ketaatan penuh kepada Tuhan dan kasih terhadap sesama (Hos. 4:1; 6:6). Akibat dari semua yang telah dilakukan oleh Tuhan terhadap orang Israel itu, mereka akan mengenal-Nya. Pengenalan akan Tuhan ini bukanlah pengetahuan belaka. Ia telah memperkenalkan diri dengan segala tindakan kasih-Nya terhadap umat Israel. Mereka pun akan mengenal-Nya melalui kasih mereka terhadap-Nya. Pengenalan mereka akan Tuhan akan tampak dalam sikap hidup mereka. Sebab, orang yang mengenal Tuhan akan setia dan hidup menurut kehendak-Nya.
(Bersambung)