Hidup Berkomunitas

Rabu, 13 Juni 2018 – Peringatan Wajib Santo Antonius dari Padua

486

Matius 5:17-19

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”

***

Siapa bilang hidup berkomunitas mudah? Hidup berkomunitas itu – baik berupa keluarga, paguyuban, perkumpulan, maupun organisasi – sering kali berat dan penuh tantangan. Suatu komunitas kadang dihuni oleh orang-orang yang penuh pengertian dan saling menghormati, tetapi bisa jadi juga penghuninya adalah pribadi-pribadi yang keras kepala dan mau menang sendiri. Dalam suatu komunitas sering kali pula terjadi perbedaan-perbedaan, yang jika tidak terkendali akan berujung pada perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan.

Kemungkinan seperti itu bisa terjadi dalam komunitas para pengikut Yesus. Saat itu, sudah bisa dipastikan bahwa mereka adalah orang Yahudi. Namun, antara yang satu dan yang lain tetap saja ada perbedaan mengenai bagaimana tradisi dan hukum Yahudi mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang satu menaatinya secara mutlak, yang lain bisa jadi mengabaikannya dan lebih berpegangan pada ajaran-ajaran Yesus. Itulah konteks perkataan Yesus yang kita dengar hari ini, di mana Yesus menegaskan bahwa Ia datang bukan meniadakan Hukum Taurat dan kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya.

Itulah yang seharusnya kita tempuh dalam hidup bersama, dalam hidup berkomunitas. Komunitas harus menjadi tempat di mana keseimbangan bisa dicapai dan dijalani. Jangan mengutamakan ego masing-masing, jangan selalu ingin menang sendiri. Perbedaan pasti ada, tetapi akan sangat melelahkan kalau orang selalu mempermasalahkannya. Perbedaan itu pasti,  tetapi perselisihan haruslah kita hindari. Kalaupun terjadi perselisihan, pandanglah itu sebagai dinamika dalam kehidupan bersama. Dengan satu dan lain cara, hal itu harus dilihat sebagai pembelajaran agar komunitas semakin diasah dan didewasakan.

Membentuk komunitas memerlukan perjuangan. Dalam kehidupan bersama diperlukan kesediaan untuk mengalah, berkorban, mendengarkan, juga kesiapan untuk menerima keputusan bersama, walaupun keputusan itu tidak sejalan dengan kehendak pribadi. Itulah realitas kehidupan berkomunitas. Suatu komunitas akan kuat dan langgeng kalau anggota-anggotanya membangun sikap saling mengerti satu sama lain.