Matius 5:13-16
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”
***
Jangan terlalu naif ketika merenungkan kisah kehadiran Yesus di Israel dahulu kala. Sudah pasti bahwa Ia dahulu dicintai dan dikagumi banyak orang. Namun, orang yang membenci-Nya juga tidak kalah banyak. Tidak mengherankan kalau keadaan ini kemudian menimbulkan perbantahan dan perpecahan. Mereka yang mengikut dan mengimani Yesus tidak jarang ditentang, dimusuhi, dan disingkirkan oleh masyarakat.
Karena itu, Yesus meneguhkan mereka. Ia hendak meyakinkan orang-orang itu bahwa pilihan hidup mereka benar. Jangan takut, sebab mereka semua adalah satu kawanan, satu komunitas yang mempunyai misi tertentu. Mereka harus mengemban misi itu dengan sungguh-sungguh, tidak boleh cengeng, tidak boleh takut.
“Kamu adalah garam dunia,” demikian tegas Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Garam sering kali dianggap remeh karena bentuknya yang kecil dan lembut, tetapi tidak ada yang menyengkal bahwa benda ini sangat dibutuhkan oleh manusia. Inilah misi orang-orang yang mengimani Yesus, yakni berguna bagi banyak orang. Tidak peduli kecil dan diremehkan, tidak peduli dirinya sendiri akan larut dan tidak tampak lagi, murid-murid Yesus harus tetap memberi “rasa” bagi kehidupan bersama.
“Kamu adalah terang dunia,” tegas Yesus lagi. Tidak ada orang yang menyalakan pelita, lalu menempatkannya di bawah tempayan. Pelita yang dinyalakan pastilah kemudian ditaruh di tempat yang tepat, yang sekiranya bisa menerangi kegelapan. Demikian halnya dengan pengikut Kristus. Mereka harus berani tampil untuk menerangi kehidupan masyarakat.
Kata orang, diam itu emas. Namun, berhadapan dengan kejahatan yang merajalela dengan leluasa, pepatah itu tidak berlaku. Sikap diam hanya akan membuat yang benar menjadi kalah, dan yang jahat menjadi menang. Bersuaralah ketika kita harus menyatakan kebenaran. Jangan diam! Jangan takut pula untuk menjadi martir-martir masa kini. Yesus sudah memilih jalan itu untuk menyelamatkan kita. Kita diundang untuk menempuh jalan yang sama.