Para Penghambat Rahmat

Minggu, 10 Juni 2018 – Hari Minggu Biasa X

191

Markus 3:20-35

Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi. Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.

Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

***

Ketika seseorang sangat mencurigai orang lain, segala jalan ditempuhnya untuk mendapatkan pembuktian. Ketika seseorang membenci orang lain, segala cara ia kejar dengan harapan bisa menjatuhkan dan menghabisi orang itu. Ketika seseorang cemburu dengan teman sekerja yang kariernya menanjak, sebisa mungkin dicarinya cara untuk menghambat dan menyaingi orang itu.

Motivasi semacam itulah yang kiranya mendorong ahli-ahli Taurat dalam perikop ini. Jauh-jauh mereka datang dari Yerusalem ke daerah Kapernaum dalam rangka “membuntuti” Yesus. Andai saja mereka seperti banyak orang lain, yang mengikuti Yesus karena ingin disembuhkan dan mendengarkan pengajaran-Nya, tentulah hal itu sangat indah. Namun, mereka datang kepada Yesus terdorong oleh rasa benci, curiga, dan marah karena merasa tersaingi. Sungguh sangat disayangkan!

Karena itu, ketika orang-orang kecil dan sederhana mendapatkan anugerah kesembuhan, sukacita, dan kegembiraan, sikap tokoh-tokoh agama yang terkemuka tersebut sangat mengherankan. Mereka tidak mensyukuri hal itu, dan justru menebarkan fitnah serta kebencian terhadap Yesus. Mereka menuduh Yesus kerasukan setan. Yesus dituduh mengusir setan dengan bantuan penghulu setan, yaitu Beelzebul. Tuduhan itu sangat jahat dan keji!

Itulah akibatnya kalau hati dikuasai oleh kemarahan dan kebencian. Segala cara ditempuh untuk menjatuhkan orang yang tidak disukai, yang penting kepentingan pribadi atau kelompok sendiri bisa terpenuhi. Ahli-ahli Taurat dalam perikop ini mengalami hal itu. Mata mereka buta, sehingga tidak mampu melihat bahwa Yesus sungguh menaburkan kebaikan yang menyelamatkan hidup banyak orang.

Belajar dari perikop ini, pertama, kita harus hati-hati dengan kedudukan dan kekuasaan yang kita miliki. Jika tidak bijaksana dan mawas diri, kita bisa terdorong untuk menyalahgunakan kedudukan itu dan mencelakakan orang lain. Kita bisa menjadi “buta hati,” sehingga apa pun akan kita lakukan demi memuaskan ambisi pribadi. Kalau kita berlaku demikian, kita bukan penyalur rahmat, melainkan penghambat rahmat. Kedua, hati-hati dengan kata-kata yang bernada memfitnah. Jangan sampai kita memfitnah orang lain, sebab kata-kata dusta pasti berasal dari si jahat.