Problem Kesetiaan: Belajar dari Nabi Hosea (4)

312

Siapakah yang sebenarnya disebut dewa dan dewi? Pada zaman kuno, manusia beranggapan bahwa benda-benda alam yang mempengaruhi kehidupan manusia sebagai pribadi yang berkuasa. Karena itu, mereka menyebut dewa matahari, dewa langit, dewi bulan, dewa bumi, dewa laut, dan sebagainya. Mereka juga menganggap kekuatan yang mempengaruhi kehidupan dan tidak dapat mereka taklukkan sebagai pribadi yang berkuasa. Dari sinilah muncul dewa kematian, dewi kesuburan, dewi cinta, dewi kebijaksanaan, dan sebagainya. Dewa-dewi itu disebut dengan nama yang berbeda di berbagai tempat.

Dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan beberapa nama dewa dan dewi yang disembah oleh orang Kanaan:

(1) Baal. Kata “baal” sebenarnya merupakan panggilan hormat yang berarti “tuan” atau “tuhan.” Karena itu, sebutan ini dapat digunakan baik untuk manusia maupun dewa. Namun, dalam Perjanjian Lama, secara khusus sebutan ini dipergunakan untuk menyebut Baal Hadad, yakni dewa hujan, guruh, kesuburan dan pertanian, serta dewa langit. Karena hanya para imam yang diperkenankan menyebut namanya, kebanyakan orang hanya menyebut dewa ini Baal. Baal digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tangan kanannya memegang kilat sebagai lambang penghancuran dan kesuburan.

(2) Asyera. Dewi ini disembah sebagai dewi kesuburan. Asyera digambarkan sebagai seorang perempuan telanjang, kadang-kadang sedang mengandung, dengan payudara dan pinggul yang besar sebagai lambang kesuburan yang dijanjikan bagi para penyembahnya. Menurut Perjanjian Lama, dewi ini disembah di dekat pohon dan tugu yang sering kali disebut Tugu Asyera atau tugu berhala (Ul. 7:5; 12:2-3; 2Raj. 16:4; 17:10; Yer. 3:6,13). Sebenarnya, Asyera adalah istri El, dewa tertinggi. Dari perkawinan ini lahir banyak dewa, termasuk Baal. Namun, setelah Baal mengalahkan dewa-dewa lain dan menjadi dewa tertinggi, Asyera menjadi istri Baal.

(3) Molokh. Molokh (artinya “raja”) adalah dewa api. Dewa ini sering kali dikaitkan dengan persembahan anak-anak sebagai kurban bakaran. Hukum Taurat mengingatkan agar orang Israel tidak mempersembahkan kurban kepada Molokh (Im. 18:21), tetapi orang Israel sering melakukannya. Lembah Ben-Hinom (gehenna) yang terletak di luar Kota Yerusalem merupakan tempat para orang tua mempersembahkan anak-anak mereka ke dalam api, termasuk kepada Dewa Molokh (2Taw. 28:3; 33:6; Yer. 7:31; 19:2–6).

(Bersambung)