Penyembahan berhala
Ketika memasuki wilayah Kanaan, orang Israel melihat bahwa negeri itu merupakan negeri para petani, bukan negeri para gembala seperti di padang gurun. Tanahnya sangat subur, yakni bila dibandingkan dengan padang gurun tempat mereka selama ini mengembara. Dalam keyakinan orang Kanaan, kesuburan negeri itu adalah berkat dewa dan dewi kesuburan, yaitu Baal dan Asyera.
Ketika menetap di Kanaan, bangsa Israel yang sebelumnya hidup sebagai gembala harus menjadi petani. Untuk itu, mereka mempelajari cara bertani dari orang Kanaan. Karena pertanian berkaitan erat dengan ibadat kesuburan, mereka juga “belajar” agama kesuburan. Keyakinan dan ibadat orang Kanaan tampak menarik bagi orang Israel. Upacara-upacara keagamaan yang mereka lakukan juga dipandang sangat sesuai dengan cara hidup pertanian yang baru saja dipelajari orang Israel. Orang Israel mengira bahwa upacara-upacara itu dapat menjamin kesuburan tanah, tanaman, hewan, dan manusia.
Orang Israel akhirnya tergoda dan turut serta dalam ibadat Kanaan. Akibatnya, selain berbakti kepada Tuhan mereka juga turut serta dalam ibadat kepada dewa-dewi kesuburan (Baal dan Asyera). Orang Kanaan percaya bahwa Baal dan Asyera adalah pemberi kesuburan. Dewa dan dewi ini diyakini sebagai dewa dan dewi yang menurunkan hujan dan yang membuat tumbuhan dan ternak bisa berkembang. Orang Israel mengikuti kepercayaan itu. Tuhan hanya dimengerti sebagai Allah para gembala yang mahir dalam peperangan, tetapi tidak tahu-menahu soal pertanian. Karena itulah mereka berpaling dari Tuhan dan berbakti kepada dewa-dewi Kanaan.
(Bersambung)