Menjadi Saudara bagi Semua Orang

Rabu, 30 Mei 2018 – Hari Biasa Pekan VIII

233

Markus 10:32-45

Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”

Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

***

Kita telah ditebus oleh Allah dengan darah Yesus, Putra-Nya. Penebusan itu menyucikan pribadi kita, membersihkan kita dari segala noda dan cela, serta membebaskan kita dari kelekatan terhadap barang-barang yang fana. Situasi demikian memungkinkan rahmat Allah bekerja dengan subur dalam diri kita. Inilah situasi yang penuh rahmat.

Namun, agar rahmat yang diperoleh benar-benar berlimpah, kita memiliki tugas khusus. Tugas yang dimaksud adalah agar kita senantiasa teguh dan percaya kepada Allah, terutama dalam situasi sulit, terjepit, dipersalahkan, atau kurang dihargai. Kita pun diminta untuk terus-menerus bersikap saling mengasihi dalam kehidupan ini.

Bagaimana wujudnya? Lakukanlah pekerjaan atau tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sukacita, tanpa harus sering mengeluh. Kembangkan sikap saling percaya ketika kita bekerja sama dengan orang lain dalam tugas, pekerjaan, atau karya pelayanan. Sesama manusia adalah teman seperjalanan dalam kekudusan, bukan lawan atau saingan yang harus kita kalahkan.

Hidup saling mengasihi perlu diwujudkan dalam kehidupan nyata. Jadilah saudara bagi semua orang. Bersaudara artinya bersedia untuk saling menolong, saling memberi perhatian, dan tidak lagi menjadikan keuntungan pribadi sebagai tujuan hidup. Bersaudara juga berarti saling mengingatkan ketika ada yang keliru atau berbuat salah, serta saling memuji atau memberi apresiasi ketika ada yang meraih keberhasilan.

Bersaudara itu tidak saling menjatuhkan, juga tidak saling mengungkit kesalahan pihak lain. Ulurkanlah tangan, berilah pengampuan, dan bantulah orang yang jatuh untuk bantu bangkit kembali. Hendaknya kita selalu ada untuk orang lain sebagaimana Allah selalu ada bagi kita semua.