Hal lain yang perlu dipertimbangkan untuk menjawab pertanyaan mengapa keragu-raguan imam Zakharia dihukum sedangkan keragu-raguan Maria tidak dihukum adalah pernyataan malaikat kepada Zakharia bahwa doanya telah dikabulkan (Luk. 1:13). Pernyataan itu membuktikan bahwa Zakharia telah berdoa kepada Allah untuk meminta seorang anak dan penampakan malaikat merupakan tanggapan atas doanya itu.
Keragu-raguan Zakharia dapat dijelaskan dengan dua kemungkinan. Pertama, ia mungkin berdoa sambil lalu atau tidak serius. Kedua, ia mungkin berdoa tanpa iman. Sungguh ironis bahwa seorang imam berdoa untuk dirinya sendiri atau komunitasnya tanpa mengharapkan sebuah jawaban. Ironi ini terbukti dalam diri Zakharia. Karena itu, ia patut menerima hukuman dari Allah. Hukuman itu merupakan bagian dari keadilan Allah.
Dari penjelasan di atas, kita melihat bahwa bobot keragu-raguan Zakharia dan Maria berbeda. Berbeda dengan Zakharia, Maria adalah seorang yang tidak mempunyai posisi istimewa di tengah umat. Ia termasuk di antara umat yang tidak berdaya dalam masyarakat. Ia juga masih perawan ketika mendengar kabar dari malaikat Tuhan tentang kelahiran seorang anak. Hal itu berarti Allah memilih Maria, seorang gadis yang biasa, untuk menjadi ibu Yesus.
Kepada Maria, malaikat memberikan salam, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Dengan salam itu, malaikat membangkitkan kepercayaan Maria secara berangsur-angsur. Namun, Zakharia tidak diberi salam untuk membangkitkan kepercayaannya, sebab ia adalah seorang imam yang terlibat penuh dalam pelayanan di altar Allah. Ia tidak mempunyai alasan apa pun untuk meragukan apa yang dikabarkan oleh malaikat karena altar adalah simbol tempat kehadiran Allah.
(Bersambung)