Sikap Terbuka, Ciri Pengikut Kristus

Rabu, 23 Mei 2018 – Hari Biasa Pekan VII

1588

Markus 9:38-40

Kata Yohanes kepada Yesus: “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”

***

Yohanes melaporkan kepada Yesus bahwa mereka mencegah orang yang mengusir setan demi nama Yesus. Alasannya, orang itu bukan bagian dari mereka. Yohanes agaknya merasa bahwa yang berhak berbuat sesuatu demi nama Yesus hanyalah murid-murid-Nya. Orang di luar kelompok mereka tidak diperkenankan melakukan hal itu. Alih-alih memberi dukungan, Yesus malah mengkritik tindakan Yohanes.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada begitu banyak sekat yang mengotak-kotakkan masyarakat kita. Berbagai macam kelompok mudah kita temui: kelompok berdasarkan agama, berdasarkan pilihan politik, berdasarkan hobi, profesi, dan lain sebagainya. Sering kali kelompok-kelompok itu berselisih pendapat, sehingga sekarang ini kita merasa lelah mendengar berita yang isinya kegaduhan akibat gesekan-gesekan di antara mereka.

Keberadaan berbagai macam kelompok sebenarnya bukan masalah, sejauh kelompok-kelompok itu bertujuan baik, yakni mengusahakan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Sayangnya, banyak kelompok justru bersikap tertutup dan merasa diri eksklusif. Mereka merasa diri sebagai kelompok yang paling hebat dan paling benar. Orang di luar kelompoknya adalah orang tidak benar yang harus dibasmi. Sikap seperti inilah yang menjadi sumber perpecahan di kalangan masyarakat.

Hari ini Yesus mengajarkan kepada kita bahwa menjadi pengikut-Nya berarti menjadi orang yang terbuka. Alasan Yohanes bahwa “ia bukan pengikut kita” sangat ditentang oleh Yesus. Itu adalah alasan yang biasa dikemukakan oleh orang yang mementingkan diri sendiri dan tidak mau terbuka menerima orang lain.

Bagi Yesus, yang penting bukan soal kelompok atau soal nama besar. Yang penting adalah bagaimana caranya agar Kabar Baik menyebar kepada sebanyak mungkin orang dan bagaimana caranya agar Kabar Baik itu semakin dihayati dan dihidupi. Ia mengajarkan dan melakukan perbuatan-perbuatan baik: menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, mencelikkan mata orang buta, membuka telinga orang tuli, dan lain sebagainya. Siapa saja boleh menggunakan nama Yesus dalam usaha yang sungguh-sungguh untuk berbuat baik, serta untuk menolong dan melayani orang lain.

Demikianlah Yesus mengajarkan agar kita mempunyai semangat terbuka sebagai ciri khas para pengikut-Nya. Jadikan hal ini sebagai perhatian utama: Kabar Baik yang diwartakan Yesus harus semakin menyebar dan dihidupi oleh semakin banyak orang.