Yohanes 17:20-26
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”
***
Seorang sastrawan berefleksi mengenai apa artinya belajar. Ia merumuskannya dalam sebaris kalimat bahwa “belajar adalah bagaimana belajar itu sendiri.” Belajar menurutnya adalah suatu proses:
“Aku sedang berjalan. Ada lubang yang dalam di tepi jalan. Aku terperosok. Aku tidak berdaya. Itu bukan salahku. Lama sekali baru aku bisa keluar.
Aku berjalan di jalan yang sama. Ada lubang yang dalam di tepi jalan. Aku pura-pura tidak melihatnya. Lagi-lagi aku terperosok. Tidak kusangka aku berada di tempat yang sama lagi.
Aku berjalan di jalan yang sama. Ada lubang yang dalam di tepi jalan. Aku sebenarnya melihatnya, tetapi tetap saja aku terperosok. Sudah jadi kebiasaan. Sekarang mataku terbuka. Aku tahu di mana aku berada. Ini salahku. Aku pun segera keluar.
Aku berjalan lagi di jalan yang sama. Ada lubang yang dalam di tepi jalan. Aku menghindarinya.
Aku berjalan lewat jalan lain.”
“Belajar bagaimana belajar” menekankan pentingnya proses belajar. Yakinlah bahwa sebuah proses menawarkan berlian di dalamnya yang bisa kita tambang.
Menjadi murid Yesus berarti berani untuk selalu belajar mendengarkan Roh Kudus, mendengarkan Yesus yang berdoa kepada Bapa untuk kita semua, mendengarkan Yesus yang menganugerahkan penyertaan-Nya kepada kita, dan mendengarkan Roh Tuhan yang berkarya dalam peristiwa hidup sehari-hari.
Doa sederhana berikut ini menunjukkan keberanian dan keterbukaan kepada Roh:
“Tuhan, ajarilah aku mendengarkan diriku sendiri. Bantulah aku agar tidak takut mempercayai suara batinku yang terdalam. Ya Roh Kudus, ajarilah aku mendengarkan suara-Mu dalam kesibukan maupun dalam kejenuhan, dalam kepastian maupun dalam keraguan, dalam kegaduhan maupun dalam kesunyian.
Tuhan, ajarilah aku mendengarkan mereka yang dekat denganku: keluargaku, teman-temanku, dan teman kerjaku. Bahkan, ajarilah aku mendengarkan mereka yang jauh, mereka yang berbeda, mereka yang kubenci. Bantulah aku memperhatikan kata-kata yang kudengar.
Tuhan, ajarilah aku mendengar.”
Lewat Sakramen Baptis, Roh Kudus sungguh-sungguh dicurahkan dan berkarya dalam hidup umat beriman, dalam hidup kita. Tuhan mau agar dalam penyertaan Roh-Nya, kita memikul tanggung jawab demi masa depan yang lebih baik, berani bekerja sama dengan setiap orang yang berkehendak baik, serta berani mendengarkan Roh yang mendorong kita untuk semakin mengenal Yesus dan menjadi murid-Nya yang sejati.