Dalam langkah yang ketiga, pesan atau berita, ada keserupaan pesan yang disampaikan malaikat baik kepada Zakharia maupun kepada Maria. Masing-masing pesan berisikan informasi tentang kelahiran seorang anak. Malaikat berkata kepada Zakharia, “Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes” (Luk. 1:13). Berita kelahiran yang sama disampaikan kepada Maria, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus” (Luk. 1:31).
Sebelum menyampaikan pesan, malaikat berbicara tentang perhatian dan cinta Allah kepada mereka. Ia berkata kepada Zakharia, “Sebab doamu telah dikabulkan” (Luk. 1:13). Allah yang Mahakuasa telah mendengar doa Zakharia dan mengabulkan permintaannya. Kepada Maria malaikat itu berkata, “Sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah” (Luk. 1:30). Pernyataan ini berarti bahwa Allah, tanpa diminta, memperlihatkan kebaikan hati-Nya kepada Maria.
Setelah menyampaikan pesan atau berita, malakait menubuatkan nasib kedua anak itu di masa yang akan datang. “Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya” (Luk. 1:14-15). Kepada Maria, ia berkata, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk. 1:32-33).
Dalam langkah yang keempat, keragu-raguan, ada reaksi yang serupa dari Zakharia dan Maria setelah mendengar nubuat mengenai masa depan anak-anak mereka. Sebagai manusia, mereka ragu-ragu dan membutuhkan penjelasan yang lebih. Zakharia bertanya kepada malaikat, “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut umurnya” (Luk. 1:18). Maria bertanya kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luk. 1:34).
Meski keduanya bereaksi serupa, namun bobotnya berbeda satu sama lain. Tanggapan Maria lebih positif daripada Zakharia. Tanggapan Zakharia, “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi?” menyiratkan suatu tuntutan akan sebuah bukti.[1] Ia meminta suatu bukti yang menjadikan dirinya tahu bahwa istrinya yang sudah lanjut usia akan melahirkan seorang anak. Sementara itu, Maria tidak meminta tanda apa pun, tetapi ia masih mempertanyakan caranya, sebab ia seorang perawan.
(Bersambung)
[1] Luke Timothy Johnson, The Gospel of Luke (Collegeville: The Liturgical Press, 1991), 39.