Iman merupakan karunia Allah. Karunia itu dapat bertumbuh dengan subur ketika kita menerima dan memeliharanya dengan baik. Di tengah banyaknya penderitaan dan kesulitan hidup, menerima dan memelihara iman tidaklah mudah. Kita sadar bahwa iman itu penting, tetapi kita selalu cemas ketika menghadapi situasi hidup yang penuh ketegangan. Situasi semacam ini menyebabkan kita menantang dan mempertanyakan keberadaan Allah. Kita seakan-akan tidak percaya kepada-Nya.
Keraguan-raguan iman adalah realitas kehidupan yang tidak terbantahkan. Ketika mengalami hidup penuh kedamaian, kita berpikir bahwa kita memiliki iman yang kokoh kepada Allah. Namun, ketika kesulitan hidup bermunculan, kita menuduh dan mempersalahkan Allah. Kita merasa bahwa Allah tidak menanggapi kebutuhan kita. Kita mulai ragu-ragu dan bahkan tidak percaya lagi. Keragu-raguan semacam ini tidak hanya muncul dalam dunia sekarang, tetapi juga muncul dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dalam tulisan ini, saya mengangkat salah satu contoh keragu-raguan iman seorang tokoh biblis, yakni Imam Zakharia. Keragu-raguan iman Zakharia akan dihadapkan dengan iman Maria. Dengan pendekatan seperti itu, kita akan menemukan bahwa Zakharia dan Maria sebenarnya telah melakukan “kesalahan-kesalahan” yang serupa. Namun, mengapa malaikat menghukum Zakharia dan memberkati Maria, padahal keduanya telah melakukan kesalahan yang serupa? Mengapa kesalahan yang serupa dinilai dan diperlakukan secara berbeda?
(Bersambung)