Jati Diri Kristiani

Rabu, 2 Mei 2018 – Peringatan Wajib Santo Atanasius

1059

Yohanes 15:1-8

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

***

Yoh. 15:1-8 diawali dengan kata “Aku” yang berarti menunjukkan jati diri. Kita bisa mengerti secara gamblang bahwa perikop ini mengungkapkan identitas Yesus. Namun, jika dibaca dengan cermat, di dalamnya juga tersingkap jati diri kita, umat kristiani. Siapa dan bagaimana seharusnya seorang pengikut Yesus dapat kita gali dari sini.

“Setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

Ada dua jenis ranting yang menempel pada pokok, yakni ranting yang tidak berbuah dan ranting yang berbuah. Ranting yang tidak berbuah akan dipotong dan dibuang, sedangkan ranting yang berbuah akan dibersihkan supaya buahnya lebih lebat.

Yesus menegaskan bahwa jati diri pengikut-Nya adalah ranting yang sudah bersih. Tuhan membersihkan orang yang percaya kepada-Nya melalui Sakramen Baptis. Sakramen Baptis membersihkan manusia dari dosa. Pembaptisan juga menjadikan setiap orang yang menerimanya sebagai “ciptaan baru” (2Kor. 5:17), “anak angkat” Allah, pribadi-pribadi yang bagian dalam kodrat ilahi (2Ptr. 1:4), dan bait Roh Kudus. Dengan kata lain, pengikut Yesus itu bukan sembarang ranting, tetapi ranting pilihan. Kita adalah ranting yang dipilih dan dimampukan Tuhan untuk berbuah lebat.

Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Tanpa Yesus, para pengikut-Nya tidak akan mampu berbuah. Syarat untuk bisa berbuah banyak adalah selalu terkoneksi dengan Dia. Yesus memberi contoh bagaimana Dia memiliki relasi yang dekat dengan Allah Bapa di surga. Di saat mengalami pilihan sulit dan penderitaan luar biasa, Ia berdoa kepada Bapa (bdk. Luk. 22:39-46).

Dalam kehidupan ini ada banyak tantangan, godaan, dan tawaran-tawaran duniawi yang bisa menyebabkan para pengikut Yesus menjadi ranting yang mandul. Memiliki relasi yang intim dengan Dia setiap hari adalah syarat mutlak bagi kita. Doa pribadi, membaca dan mendengarkan sabda-Nya, dan hadir dalam Ekaristi adalah sarana untuk membangun relasi yang intim dengan Dia.

Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

Yesus memberikan hidup-Nya bagi dunia demi kemuliaan Bapa. Melalui terang jalan hidup-Nya, para pengikut Yesus juga diminta untuk mengarahkan hidup mereka bagi kemuliaan Allah Bapa. Oleh karena itu, tidak ada tugas yang paling mulia dalam kehidupan pengikut Yesus selain membawa kemuliaan Allah Bapa melalui cara hidup dan perbuatan-perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Buah-buah apa yang harus dihasilkan setiap hari oleh pengikut Yesus? Dalam tradisi Gereja ada dua belas buah, yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemurnian.