Yohanes 14:27-31a
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku.”
***
Setiap orang menginginkan kedamaian dalam hidupnya. Namun, masing-masing orang memiliki rumusan dan ukuran yang berbeda mengenai kedamaian. Ada sebuah cerita yang menggambarkan hal itu.
Suatu hari dua orang pelukis diminta menggambarkan tentang suasana damai. Pelukis pertama menggambar suasana alam yang indah, yakni sebuah danau dengan latar belakang gunung yang hijau nan segar. Air danau itu sangat tenang. Di pinggir danau ada orang-orang yang sedang memancing. Di sisi yang lain ada anak-anak yang sedang mandi dan bermain air. Langit pun digambarkan cerah, dihiasi burung-burung yang beterbangan.
Pelukis kedua menggambar beberapa ekor burung yang sedang berkicau ceria di atas dahan. Badan burung-burung tersebut basah. Suasana di sekitarnya pun tampak basah dan berantakan. Banyak daun dan ranting-ranting patah berjatuhan. Sepertinya dalam lukisan ini sang pelukis menggambarkan suasana sesaat setelah hujan badai.
Melalui lukisannya, pelukis pertama mendeskripsikan kedamaian sebagai keadaan yang tenang, serba beres, tidak ada gejolak atau kesulitan. Kedamaian yang ia bayangkan adalah situasi yang sepenuhnya bebas dari persoalan, situasi yang seratus persen nyaman. Kedamaian semacam ini adalah kedamaian yang tergantung pada situasi di luar diri manusia.
Pelukis kedua menggambarkan kedamaian sebagai suasana bahagia dan ceria, kendati seseorang baru atau sedang mengalami badai kesulitan dan persoalan dalam kehidupan. Damai seperti inilah yang ditawarkan Yesus. Kedamaian yang ditawarkan Yesus adalah kedamaian yang mengatasi keresahan, keputusasaan, dan kesendirian. Kedamaian seperti ini tidak akan bisa diambil dari hidup kita. Kesengsaraan, penderitaan, dan badai kehidupan tidak akan mampu mengurangi kedamaian ini.
Kedamaian yang diberikan Yesus adalah kedamaian sejati. Kedamaian itu memampukan kita untuk melihat sisi terbaik dari apa pun yang kita alami. Yesus tidak memisahkan antara kedamaian dengan salib. Kedamaian yang ditawarkan Yesus adalah kedamaian untuk mampu menanggung salib.
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”