Kisah Para Rasul 9:26-31
Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.
Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.
***
Anda bingung membaca judul di atas? Mungkin judul tersebut terasa aneh, tetapi dengan itu ingin disampaikan bahwa Paskah, kebangkitan Tuhan Yesus, bukanlah perayaan seremonial semata, melainkan lebih-lebih perayaan iman. Jika Paskah adalah perayaan iman, tentunya ini juga menjadi perayaan kehidupan sehari-hari. Bukankah Yakobus berkata bahwa “iman tanpa perbuatan adalah mati”? Oleh karena itu, Paskah haruslah menjadi karakter atau sifat orang kristiani.
Kisah Para Rasul menceritakan Paulus yang hendak menggabungkan diri dengan komunitas kristiani perdana, tetapi mereka takut menerimanya. Mereka mencurigai Paulus. Mereka tahu bahwa Paulus adalah orang yang selama itu mengejar-ngejar mereka, memasukkan mereka ke dalam penjara, dan membunuh para pengikut Yesus.
Dalam situasi demikian, Barnabas tampil sebagai orang yang membela Paulus dan meyakinkan teman-temannya untuk menerima dia. Tindakan Barnabas tersebut menunjukkan bahwa dia adalah orang Kristen sejati, pribadi yang paskawi.
Apa itu pribadi yang paskawi?
Berpikir positif dan objektif
Barnabas berpikir positif terhadap orang lain. Sementara yang lain melihat sisi buruk kehidupan Paulus, Barnabas melihat sisi baiknya. Barnabas juga melihat Paulus secara objektif. Yang lain mencurigai Paulus sebagai mata-mata, tetapi Barnabas melihat dia sebagai pribadi yang telah berubah. Dia yang dahulu mengejar-ngejar murid Tuhan, kini mengajar dalam nama-Nya. Dia yang dahulu tidak mengenal Tuhan Yesus, kini dia mengenal-Nya dan memperkenalkan-Nya kepada banyak orang. Berpikir positif dan objektif terhadap orang lain adalah salah satu ciri pribadi kristiani yang dijiwai semangat Paskah.
Pengampun
Ciri kedua dari pribadi paskawi adalah pengampun. Tidak gampang menerima orang yang pada masa lalu telah menyakiti hati komunitas atau diri kita sendiri. Ini terjadi dengan komunitas perdana yang sulit menerima Paulus untuk bergabung dengan mereka. Barnabas tampil beda. Dia bisa melupakan masa lalu Paulus dan mengampuni dia. Barnabas menerima dia, bahkan mendukung dia untuk diterima dalam kehidupan bersama.
Mengucapkan “aku memaafkanmu” lalu meninggalkan orang yang berbuat salah kiranya lebih gampang daripada mengampuni lalu menerima orang itu untuk hidup bersama. Namun, pribadi paskawi mampu melakukan itu.
Mengatakan yang benar dan meluruskan yang salah
Barnabas tidak larut dalam tindakan yang umum dilakukan jemaat perdana. Kebanyakan orang membenci Paulus, tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada para rasul. Di hadapan para rasul, Barnabas memberikan kesaksian dan pembelaan bagi Paulus. Barnabas berani mengatakan kebenaran tentang Paulus, sekaligus juga berani meluruskan pandangan yang salah dari teman-temannya tentang dia. Pribadi paskawi mampu mengatakan kebenaran dan meluruskan yang salah. Kebangkitan Tuhan seharusnya menjadi semangat hidup orang Kristen dan mengubahnya menjadi pribadi yang paskawi seperti Barnabas.