Keras Kepala, Keras Hati, dan Tuli

Selasa, 17 April 2018 – Hari Biasa Pekan III Paskah

778

Kisah Para Rasul 7:51 – 8:1a

“Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.”

Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.

Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh.

***

Kemartiran Stefanus adalah kisah yang sangat menggetarkan hati. Stefanus dituntut di pengadilan dengan tuduhan menista agama. Di situ, silang pendapat antara Stefanus dan lawan-lawannya justru semakin memanas. Stefanus mencela mereka sebagai orang-orang yang keras kepala, keras hati, dan tuli. Persis seperti nenek moyang mereka dulu, orang-orang itu berlaku jahat dengan menentang karya Roh Kudus.

Puncaknya, kemarahan para lawan meledak ketika Stefanus menyatakan bahwa dirinya melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah. Mereka murka sebab menurut mereka, itu adalah perkataan yang amat sangat menghujat. Vonis maut seketika dijatuhkan kepada Stefanus. Vonis tersebut langsung dieksekusi saat itu juga. Stefanus dibunuh dengan dilempari batu secara beramai-ramai!

Meskipun namanya “pengadilan,” pengadilan di dunia sering kali mempertontonkan ketidakadilan. Dalam banyak kasus, yang menang bukan pihak yang benar, melainkan yang kuat, yang berkuasa, yang jumlahnya paling banyak, yang suaranya paling keras, atau yang punya banyak uang. Penampakan ilahi yang dilihat Stefanus adalah kritik atas situasi tersebut. Sidang yang dijalani Stefanus adalah sidang yang penuh tekanan, kepalsuan, dan ketidakadilan. Untuk itu Allah, Hakim yang adil, hadir sebagai tanda bahwa kebenaran ada di pihak Stefanus.

Kehadiran Kabar Baik memang tidak disambut ramah oleh dunia. Selain Stefanus, Yesus juga mengalami hal itu. Namun, mereka berdua terus maju pantang mundur. Yesus dan Stefanus bersedia menyerahkan segalanya demi terwujudnya karya keselamatan Allah di dunia. Siapkah kita melakukan hal yang sama?