Membaca Alkitab melibatkan pengalaman pembaca itu sendiri dan menghasilkan respons yang tidak sama dari pembaca yang berbeda-beda. Tulisan pendek ini mencoba memperlihatkan bagaimana memahami Injil bisa diperkaya dengan interaksi dengan apa yang pembaca alami secara pribadi. Interaksi antara teks dan pengalaman semacam ini menolong pembaca untuk lebih memahami teks secara otentik. Mendasari tulisan ini adalah keyakinan bahwa untuk memahami teks selalu dibutuhkan keterlibatan personal.[1]
Saya akan mulai dengan pengalaman membaca novel tentang penderitaan seorang petani, suatu bacaan yang pernah menolong saya merenungkan arti perjuangan menjadi orang berhasil. Selanjutnya, pengalaman personal saya akan menunjukkan bagaimana hasrat bebas dari derita itu juga masuk dalam ranah yang spiritual, termasuk dalam pelayanan. Terakhir, teks Markus 8:31-38, yang berisi ajaran tentang kemuridan yang tak lepas dari penderitaan, memungkinkan saya merenungkan arti mengikuti Yesus dalam derita. Pembacaan seperti ini menolong saya untuk mengakui bahwa pada satu titik dalam hidup saya, saya termasuk murid yang gagal memahami Kristus.
(Bersambung)
[1] Bdk. Anthony C. Thiselton, Hermeneutics: An Introduction (Grand Rapids; Cambridge: William B. Eerdmans, 2009), 8.