Rambutmu Bagaikan Kawanan Kambing (7)

“Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead” (Kid. 4:1c)

143

Masih di seputar wajah, gigi sang kekasih membuat mempelai pria terpesona pula karena “bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur … yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada” (Kid. 4:2). Ini berarti mempelai wanita giginya putih seputih-putihnya, tidak ada yang berlubang, apalagi tanggal. Sementara itu, mengenai bibir dikatakan bahwa bibir sang kekasih seperti “seutas pita kirmizi” (Kid. 4:3a), yang artinya tipis dan berwarna merah tua. Bibir yang demikian sudah pasti menggoda dan mengundang gairah. Pelipis[1] sang kekasih juga indah karena berwarna kemerah-merahan seperti buah delima (Kid. 4:3b), lagi pula tersembunyi di balik telekung sehingga semakin membangkitkan rasa penasaran.[2]

Pujian bagi leher mempelai wanita yang disebut “seperti menara Daud” (Kid. 4:4) maknanya agak kabur.[3] Bisa jadi ini menunjukkan leher yang kokoh dan panjang, yang pada masa lalu dipandang sebagai standar leher yang ideal dan menawan; atau bisa jadi ini menggambarkan perhiasan yang dikenakan di leher sang mempelai (ia mengenakan banyak kalung yang disusun bertingkat-tingkat, sehingga lehernya menjadi seperti menara). Pujian di Kid. 4:5 tentunya paling kontroversial bagi pembaca Kitab Suci masa kini. Mempelai pria memuji buah dada mempelai wanita, yang dikatakan “seperti dua anak rusa” dan “seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung.” Dengan perbandingan ini hendak dikatakan bahwa sang kekasih memiliki sepasang buah dada yang indah, segar, dan terawat dengan baik.

Setelah melontarkan puji-pujian tersebut, mempelai pria mengungkapkan hasratnya untuk menikmati itu semua. Ia berkata, “Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan” (Kid. 4:6). Tanpa perlu malu-malu, kalimat ini tentunya mengisyaratkan hubungan dan kebersamaan sebagai sepasang suami istri. Menutup rayuan mautnya, mempelai pria kembali menegaskan bahwa pasangannya adalah sosok yang sempurna dan mempesona. “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu” (Kid. 4:7).

(Bersambung)

[1] Mungkin akan lebih baik kalau dibaca pipi. Bdk. versi Bahasa Indonesia Sehari-hari/BIS.

[2] Telekung adalah semacam cadar. Dalam Perjanjian Lama, ketika dibawa kepada calon suaminya, mempelai wanita selalu mengenakan penutup wajah (lih. Kej. 24:65; 29:23-25).

[3] “Menara Daud” agaknya tidak mengacu pada bangunan tertentu, tetapi semata-mata dipakai untuk menggambarkan kekokohan. Lih. Cheryl Exum, Song of Songs, The Old Testament Library (Louisville: Westminster John Knox Press, 2005), 164. Bdk. juga Kid. 4:4 dengan Yeh. 27:11.