Yesus, Hamba Tuhan yang menderita
Injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul memandang penderitaan Yesus Mesias, Anak Manusia, sebagai suatu keharusan (Luk. 9:22 [par. Mrk. 8:31; Mat 16:21]; 24:7, 26, 46; Kis. 3:18; 17:3; 26:23). Kata Yunani dei (“harus”) yang beberapa kali digunakan tidak hanya menunjuk kepada suatu akibat tak terelakkan dari permusuhan para pemimpin bangsa, tetapi juga kepada rencana dan kehendak Allah yang telah dinubuatkan. Dalam Perjanjian Baru ditemukan banyak kutipan Perjanjian Lama atau acuan ke situ yang menampakkan kehendak Allah tersebut.
Yesus tidak mengelak dari penderitaan-Nya, tetapi menerimanya sebagai tugas dari Allah, sebagai bagian dari panggilan-Nya yang perlu Ia tanggung dalam rangka rencana penyelamatan ilahi. Kendati Yesus dikenal sebagai orang berbelas kasih yang selalu meringankan penderitaan orang lain yang sakit, baik fisik (seperti demam, lumpuh, buta, tuli, kusta) maupun spiritual (seperti kerasukan setan), namun Ia tidak pernah meringankan penderitaan-Nya sendiri. Sebaliknya, Ia memeluk penderitaan itu sebagai jalan Allah demi orang lain (Mrk. 10:45; 14:35 dst.). Dalam arti apa Allah mengharuskan Yesus menderita untuk orang lain?
Pertanyaan itu dijawab para penginjil antara lain dengan puluhan kutipan dari atau acuan kepada keempat nyanyian Hamba Tuhan (Yes. 40:1-4; 49:1-6; 50:4-9; 52;13-53:12), khususnya nyanyian terakhir tentang Hamba Tuhan yang menderita, ditolak, dan dibunuh demi orang lain (antara lain Mrk. 9:12; 15:27; Mat. 8:17; 12:29; 26:28; 27:38; Luk. 11:22; 22:37; 23:34; 1Ptr. 2:24; 3:18). Beberapa bagian dari nyanyian keempat itu berbunyi:
Penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh … TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian … ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut … ia menanggung dosa banyak orang… (Yes. 53:4-6, 12b).
Ayat-ayat itu telah membantu jemaat perdana dan umat Kristen selanjutnya untuk dapat menerima penderitaan dan kematian Yesus Mesias sebagai hal yang positif. Namun, penafsiran ayat-ayat itu tidak mudah. Tiada kesepakatan tentang bagaimana persisnya peranan penderitaan Hamba Tuhan untuk bangsa Israel dipahami dalam kitab Yesaya. Sama sulitnya juga untuk menetapkan dalam arti mana para penginjil melihatnya terwujud dalam penderitaan Yesus bagi orang lain.
(Bersambung)