Allah Menyelidiki Hati Kita

Kamis, 1 Maret 2018 – Hari Biasa Pekan II Prapaskah

1089

Yeremia 17:5-10

Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”

***

Lagi-lagi pada hari ini kita ditemani oleh suara kenabian dari Yeremia. Kalau kita baca lebih teliti, suara Allah dalam kitab Nabi Yeremia adalah suara Allah yang tersakiti, tetapi tetap mencintai. Meskipun murka-Nya terhadap orang Israel siap meledak, cinta Allah terhadap mereka tidak pernah padam.

Di sini kita bertemu Allah yang dengan semangat kegembalaan-Nya tetap sabar mendidik Israel. Sungguh, bersikap seperti itu amat sangat tidak mudah! Allah bagaikan seorang ayah yang baik, sabar, dan penuh kasih. Ia berhadapan dengan anaknya yang terkasih, yang sayangnya suka membangkang. Semakin hari si anak bukannya semakin baik, tetapi malah semakin menjauh darinya.

Dalam pewartaan Nabi Yeremia hari ini ditegaskan perbedaan antara orang yang mengandalkan Tuhan dengan orang yang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Konteksnya, waktu itu Israel sedang berada di bawah tekanan bangsa-bangsa asing. Bukannya lari kepada Allah dan minta pertolongan dari-Nya, Israel malah mengandalkan kekuatannya sendiri dan meminta tolong kepada bangsa lain. Inilah yang melemahkan mereka, sebab mereka tidak mengandalkan kekuatan Allah.

Dalam warta Nabi Yeremia disinggung kunci atau akar kejahatan dan kelicikan manusia, yaitu hati mereka. Israel puas dengan status mereka sebagai bangsa pilihan. Namun, itu hanya tampak di luar saja, seperti orang memakai baju. Jauh di dalam diri mereka, bangsa itu sebenarnya hidup jauh dari Allah. Ada ketidaksesuaian antara status sebagai bangsa pilihan dan hidup keseharian. Itu artinya yang ada hanyalah formalitas atau kepura-puraan belaka. Inilah yang dikritik oleh Allah.

Allah mampu menyelidiki hati manusia, yang tersembunyi sekalipun. Ia mengerti sekecil apa pun perjuangan dan usaha kita mencintai diri-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengetahui segala kepura-puraan yang tersimpan jauh di dalam hati setiap manusia, yang sebenarnya hanya mengenakan topeng belaka dalam hidupnya.