Ragi dalam perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Surga
Berbeda dengan pemakaiannya dalam peringatan untuk berhati-hati dan waspada terhadap orang Farisi dan Saduki, Yesus mengumpamakan ragi dengan Kerajaan Surga. Perumpamaan ini ditempatkan oleh Matius sebagai yang terakhir dari beberapa perumpamaan Yesus yang ditujukan kepada orang banyak. Dikatakan terakhir karena tiga perumpamaan tersisa dialamatkan kepada para murid-Nya, yakni perumpamaan tentang harta yang tersembunyi (Mat. 13:44), tentang mutiara yang indah (Mat. 13:45-46), dan tentang jala yang besar (Mat. 13:47-48).
Kiasan ragi yang umumnya bermakna negatif di sini digunakan untuk melambangkan sesuatu yang positif. “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya” (Mat. 13:33//Luk. 13:20-21). Apa yang ingin dibandingkan antara ragi dan Kerajaan Surga? Keduanya sama-sama memiliki kontras antara awal yang sedikit/kecil dan akhir yang banyak/ besar. Meski tidak ada yang dapat melihat bagaimana proses ragi meresap ke dalam adonan dan tidak ada yang tahu bagaimana persisnya ragi bekerja di dalam adonan, tetapi orang dapat melihat dengan jelas hasil akhirnya: ragi yang sedikit dapat mengembangkan adonan yang jumlahnya banyak.
Kerajaan Surga diumpamakan dengan ragi tidak hanya untuk menggambarkan kontras antara awal yang kecil dan akhir yang besar, tetapi juga untuk menekankan aspek kehadiran dan kekuatan-Nya yang tersembunyi.[1] Bagaikan ragi, Kerajaan Surga memiliki kekuatan yang dramatis dan fantastis.[2] Meski tersembunyi dan tidak terlihat, namun kehadiran dan kekuatan Kerajaan Surga sangat berpengaruh dalam membentuk masa depan bangsa manusia.[3] Ketika hadir dalam hidup manusia, Kerajaan Surga dapat mengkhamirkannya karena sifatnya yang aktif. Sama seperti ragi yang bekerja secara misterius di dalam adonan, demikian pula Kerajaan Surga ketika hadir di dalam dunia. Kerajaan Surga tidak berhenti berkarya di dunia sampai mengkhamirkannya (Hos. 7:4), sama seperti ragi tidak berhenti bekerja sampai adonan mengembang.[4]
Gambaran tentang ragi yang bekerja secara tidak kelihatan dan tersembunyi menunjukkan adanya hubungan antara apa yang terjadi pada masa pelayanan Yesus dan apa yang terjadi pada masa yang akan datang ketika pewartaan dan penyebaran Injil telah berkembang. Diisyaratkan bahwa bisa saja Kerajaan Surga yang diwartakan Yesus pada awalnya dianggap tidak penting dan tanpa makna, khususnya di Galilea pada tahun 28 M, tetapi pada akhirnya Kerajaan Surga pasti akan memiliki pengaruh dan dampak yang sungguh-sungguh dahsyat bagi dunia. Makna yang sama seperti itu dapat kita jumpai dalam penggambaran Kerajaan Surga sebagai biji sesawi.
(Bersambung)
[1] John R. Donahue, The Gospel in Parable: Metaphor, Narrative, dan Theology in the Synoptic Gospels (Philadelphia: Fortress Press, 1988), 67
[2] Brendan Byrne, Lifting the Burden: Reading Matthew’s Gospel in the Church Today (Collegeville: Liturgical Press, 2004), 113.
[3] Richard B. Gardner, Matthew (Scottdale: Herald Press, 1991), 214.
[4] Herman Hendrickx , The parables of Jesus (London: Geoffrey Chapman, 1986), 50.