Simpulan
Ziarah bukan sekadar kunjungan ke tempat-tempat suci untuk melihat tempat-tempat bersejarah dalam perkembangan iman, atau untuk mengagumi bangunan-bangunan kuno yang indah dan termasyhur. Bila demikian, yang sesungguhnya terjadi bukanlah ziarah, melainkan hanya sekadar rekreasi atau jalan-jalan.
Praktik ziarah dalam Perjanjian Lama mengingatkan kembali nilai-nilai ziarah. Umat Allah dalam Perjanjian Lama mengalami Allah yang sekaligus jauh namun juga dekat, mulia namun juga akrab dengan manusia. Allah yang agung dan mulia itu hadir dalam hidup manusia dan menjumpainya. Tempat-tempat di mana Allah pernah hadir dan menjumpai manusia menjadi tempat suci.
Didorong oleh keyakinan bahwa Allah mengasihi dan peduli pada nasib manusia, orang mengunjungi tempat kudus untuk menghadap hadirat Allah. Di tempat itu, mereka mengenangkan kembali karya penyelamatan Allah dan merayakannya. Mereka mengeluh dan memohon agar Allah memperhatikan nasib mereka. Di situ pula mereka memohon petunjuk dari Allah agar mereka dapat menentukan jalan mana yang harus mereka lalui.***