Meminta Tanda

Rabu, 21 Februari 2018 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

607

Lukas 11:29-32

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”

***

Dalam Injil hari ini para pemimpin agama menuntut sebuah tanda dari Yesus. Orang Yahudi selalu menuntut tanda dari para utusan Allah untuk membuktikan bahwa klaim mereka benar adanya. Karena itulah orang-orang itu meminta Yesus untuk membuktikan bahwa Ia sungguh utusan Allah.

Namun, Yesus sendiri adalah tanda besar kasih Bapa kepada manusia. Dia berkeliling untuk menunjukkan kepada orang-orang tentang kasih Allah yang murah hati. Yesus menegaskan hal ini dengan banyak mukjizat yang Dia lakukan. Sayang, mereka menolak untuk mempercayai Dia dan sabda-Nya. Bagi mereka, Yesus adalah tanda biasa. Mereka menginginkan sesuatu yang spektakuler dan luar biasa, sesuatu yang lebih agung dan dahsyat. Karena itu, Yesus membandingkan mereka dengan dua tanda yang sudah mereka kenal, yaitu Kota Niniwe dan ratu dari Syeba.

Yunus menjadi tanda akan pesan Tuhan bagi orang Niniwe. Orang Niniwe mengenali peringatan Tuhan saat Yunus berbicara kepada mereka, dan mereka pun bertobat. Yang lainnya adalah ratu dari Syeba. Dia mengenali hikmat Allah melalui Salomo. Namun, para pemimpin agama di zaman Yesus tidak puas menerima tanda yang hadir tepat di depan mata mereka, yakni Yesus sendiri. Mereka telah menolak pesan Yohanes Pembaptis, sekarang mereka menolak Yesus dan pesan yang dibawa-Nya.

Mungkin sudah berkali-kali kita berlaku seperti orang Farisi, atau bahkan lebih dari mereka. Kristus melintasi jalan hidup kita, Ia membuat kehadiran-Nya terasa dalam hidup kita, namun sering kali kita mengabaikan Dia. Itu terjadi mungkin karena kita belum mencapai kedewasaan penuh dalam iman kita. Ketidakmatangan ini ditunjukkan berkali-kali ketika bersikap ragu kepada-Nya, juga ketika kita menuntut Allah agar memberikan tanda seperti yang kita inginkan. Sering kali kita memaksa Kristus supaya mengikuti cara berpikir, perasaan, dan sikap kita. Kita tidak membiarkan Dia membimbing kita dengan cara-Nya sendiri.

Kristus telah melakukan cukup banyak pekerjaan dan tanda dalam kehidupan kita, yang semestinya membuat kita mampu melihat kasih dan kemurahan Allah. Salah satunya adalah Ekaristi sebagai tanda terbesar kehadiran Kristus di dalam diri kita. Paus Benediktus XVI pada tahun 2005 pernah berkata, “Dalam roti dan anggur yang dalam Misa Kudus menjadi Tubuh dan Darah Tuhan, semoga orang-orang Kristen mendapatkan makanan dan rezeki untuk bepergian di jalan menuju kesucian, panggilan universal semua orang yang dibaptis.”

Mari kita renungkan kata-kata Yesus berikut ini, “Barangsiapa melihat Aku, ia juga melihat Bapa.” Sudahkah kita melihat Kristus dalam Ekaristi?