Belum Mengerti Juga

Selasa, 13 Februari 2018 – Hari Biasa Pekan VI

684

Markus 8:14-21

Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu paham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Dua belas bakul.” “Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Tujuh bakul.” Lalu kata-Nya kepada mereka: “Masihkah kamu belum mengerti?”

***

Begitu disuruh, bapak yang lumpuh itu langsung melompat dari kursi rodanya. Orang banyak terperangah melihatnya, saya yang menonton dari layar televisi ikut melongo. Benar tidak yang saya saksikan itu? Entahlah. Yang jelas, model pewartaan seperti ini masih saja populer sampai sekarang. Khotbah yang membara ditambah dengan mukjizat adalah duet maut yang telah membuat banyak umat pindah ke lain hati. Sebab, mana ada aksi spektakuler macam begini saat misa Minggu pagi?

Namun, Injil hari ini menunjukkan bahwa mukjizat bukanlah segala-galanya. Saat itu, para murid lupa membawa roti, padahal mereka sedang berada di tengah danau. Di atas perahu hanya ada satu roti. Memanfaatkan situasi, Yesus lalu mengajar mereka agar mewaspadai “ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Dalam konteks Injil Markus, ragi yang dimaksud adalah ketidakmengertian dua kelompok itu terhadap Yesus, sehingga mereka sampai meminta tanda kepada-Nya (Mrk. 8:11-13) dan berniat membunuh-Nya (Mrk. 3:6).

Sayangnya, murid-murid Yesus sama saja. Mereka juga salah memahami Dia. Para murid mengira Yesus sedang bicara soal makanan. Karena lupa membawa bekal, mereka pun jadi cemas, jangan-jangan akan kelaparan di perjalanan. Melihat itu, Yesus mencela mereka. Para murid telah menyaksikan sendiri bagaimana Ia menggandakan roti dengan sisa yang melimpah ruah (Mrk. 8:1-10). Tidak pantas mereka cemas soal makanan, sebab itu berarti mereka meragukan kuasa-Nya.

Jadi, setelah mengalami mukjizat, para murid ternyata tetap belum mengenal Yesus. Mukjizat rupanya tidak selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan iman. Para murid mesti berjuang lagi untuk mengenal Dia lebih dalam. Di atas perahu ada satu roti. Mereka harus tahu, itu sudah lebih dari cukup. Sebab, satu roti itu tidak lain adalah Yesus sendiri.