Allah adalah Yang Utama

Sabtu, 10 Februari 2018 – Peringatan Wajib Santa Skolastika

315

1 Raja-raja 12:26-32; 13:33-34

Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda. Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain. Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi. Kemudian Yerobeam menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya.

Sesudah peristiwa ini pun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan. Dan tindakan itu menjadi dosa bagi keluarga Yerobeam, sehingga mereka dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi.

***

Ulasan

Yerobeam telah memerintah di Kerajaan Israel (utara) dan menjadi raja atas sepuluh suku yang tinggal di wilayah itu. Keturunan Daud hanya memerintah di wilayah Yehuda, sehingga kerajaannya sekarang disebut Kerajaan Yehuda. Ketika hendak menyerahkan sepuluh suku kepada Yerobeam, Tuhan berpesan agar dia mendengarkan segala perintah-Nya dan melakukan apa yang benar dalam pandangan-Nya. Jika Yerobeam bertindak demikian, Tuhan akan menyertai dia dan membangunkan keluarga yang teguh seperti yang telah dibangun-Nya bagi Daud (1Raj. 11:38).

Yerobeam menyadari bahwa sekalipun Israel telah terpecah menjadi dua kerajaan, mereka tetaplah satu bangsa yang menyembah Allah yang sama. Kepercayaan mereka kepada Allah terpusat pada Bait Allah yang terletak di Yerusalem, ibu kota Kerajaan Yehuda. Jika demikian, rakyat dari wilayah utara bisa saja tetap pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Jika hal ini dibiarkan, kemungkinan besar mereka akan meninggalkan Yerobeam dan kembali kepada keluarga Daud. Bagaimanapun orang Israel memandang Daud sebagai raja pilihan Allah, dan keturunannya tetap terpandang di mata mereka.

Yerobeam berusaha mencegah agar hal itu jangan sampai terjadi. Ia pun mengambil tindakan yang menyangkut soal peribadatan, tetapi hal ini dilakukannya secara politis. Ia membuat dua patung anak lembu jantan dari emas, lalu menempatkannya di dua tempat suci yang ada di Betel dan Dan. Betel terletak di bagian selatan Kerajaan Israel, berbatasan dengan Kerajaan Yehuda, sedangkan Dan ada di bagian utara.

Pendirian tempat ibadah ini dimaksudkan untuk mencegah rakyat Isral pergi ke Yerusalem. Cukuplah mereka beribadah di Betel atau Dan. Untuk memperkuat tujuan itu, Yerobeam menetapkan suatu hari raya yang jatuh pada hari yang sama dengan yang dirayakan di Yehuda. Untuk pelaksanaan ibadah di kedua tempat suci itu, ia mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat, bukan dari kalangan para imam, dan menahbiskan mereka.

Mengingat tujuan politis yang dikehendakinya, Yerobeam telah melupakan pesan Tuhan untuk setia kepada-Nya. Tindakan Yerobeam yang menempatkan dua patung anak lembu emas di tempat ibadah yang didirikannya telah membuat orang Israel berdosa. Mereka mulai menyembah berhala dengan beribadah kepada kedua patung anak lembu itu, baik di Dan maupun di Betel.

Pesan

Orang yang percaya kepada Allah menempatkan Allah sebagai yang utama di dalam kehidupannya. Ia tidak akan mengabaikan Allah hanya demi kepentingan dan keinginannya sendiri. Sebaliknya, ia menyesuaikan semua kepentingan dan keinginannya agar selaras dengan kehendak Allah. Bahkan, semua yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dengan berani ia tinggalkan.