Konsekuensi Perjumpaan dengan Tuhan

Kamis, 8 Februari 2018 – Hari Biasa Pekan V

264

1 Raja-raja 11:4-13

Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya. Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. Demikian juga dilakukannya bagi semua istrinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka.

Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya, dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: “Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya. Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari padanya, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hamba-Ku Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih.”

***

Ulasan

Sebagai raja, Salomo tidak pandai berperang seperti Daud, ayahnya. Untuk menjamin keamanan negeri, ia melakukan perkawinan politis. Ia mengawini banyak putri kerajaan tetangga untuk membina hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan itu. Pada waktu itu, setiap kerajaan mempunyai dewa dan dewi sembahan masing-masing. Ketika para istri Salomo dibawa ke Yerusalem, mereka pun membawa serta dewa dan dewi sembahan mereka sendiri. Akibatnya, Yerusalem penuh dengan tempat-tempat penyembahan dewa-dewi asing. Rupanya Salomo tidak memperhitungkan dampak negatif dari keputusan yang diambilnya.

Pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada ilah-ilah lain. Mereka membuat Salomo ikut menyembah dewa-dewi mereka, sehingga sang raja tidak lagi sepenuh hati berpaut kepada Allah Israel. Tidak hanya itu, Salomo pun mendirikan tempat-tempat ibadah untuk dewa-dewi asing tersebut.

Tindakan Salomo ini merupakan tindakan yang jahat di mata Tuhan dan membuat-Nya murka. Sebagai hukuman, Tuhan akan mengoyakkan kerajaannya, dan memberikannya sebagian orang lain. Satu suku akan tetap mengikuti keluarga Daud, tetapi yang lain akan diserahkan kepada seorang hamba Salomo. Walaupun demikian, Tuhan masih mengingat kesetiaan Daud, dan hal ini membuat Dia mengurangi hukuman bagi Salomo. Hukuman itu baru akan dijatuhkan setelah Salomo tutup usia.

Pesan

Salomo sudah dua kali berjumpa dengan Tuhan dalam penampakan. Namun, Salomo justru meninggalkan Tuhan dan menyembah dewa-dewi yang dibawa oleh para istrinya. Seharusnya pengalaman perjumpaan dengan Tuhan mendorong Salomo untuk setia kepada-Nya. Demikian juga, pengalaman akan Tuhan yang dialami oleh orang beriman semestinya mendorong dia untuk membina relasi dengan Allah dan setia kepada-Nya.