Allah hadir dalam dunia
Allah yang demikian terlibat dalam kehidupan manusia di dunia. Sebaliknya, manusia pun menyadari ketergantungan mereka kepada Allah yang berkuasa atas diri mereka dan atas seluruh alam semesta. Mereka sadar bahwa mereka memerlukan bantuan dari Yang Ilahi dalam menjalani kehidupan dunia ini. Dalam banyak kesempatan, Perjanjian Lama menggambarkan bagaimana Allah hadir menjumpai manusia dan menolong mereka. Tempat-tempat di mana Allah pernah hadir dipandang sebagai tempat suci. Tempat itu menjadi suci karena telah disucikan oleh kehadiran Allah. Tempat-tempat seperti ini sering kali dikunjungi oleh orang-orang yang ingin berjumpa dengan Allah karena Ia sendiri pernah hadir di tempat itu. Kadang-kadang di tempat itu didirikan sebuah bangunan untuk mengenang kehadiran Allah.
Tabut Perjanjian
Dalam Perjanjian Lama, tempat paling penting dalam kaitannya dengan kehadiran Allah adalah Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian sebenarnya bukanlah suatu tempat, melainkan sebuah peti yang di dalamnya ditaruh loh hukum (Kel. 25:16), yaitu dua loh batu yang memuat Dasa Titah yang diterima orang Israel di Gunung Sinai. Loh-loh itu kadang disebut loh-loh hukum Allah (Kel. 31:18; Ul. 10:2, 5), sehingga tabut itu dapat disebut sebagai Tabut Hukum (Kel. 25:22). Di atas tabut itu dipasang dua patung kerubim (makhluk yang berbadan binatang, bersayap burung, dan berkepala manusia) yang melambangkan takhta Tuhan semesta alam (bdk. 1Raj. 8:6‑7). Tabut yang mula-mula merupakan tempat penyimpanan Dasa Titah itu kemudian menjadi lambang Tuhan sendiri. Antara hukum dan pemberi hukum tidak dapat dipisahkan. Tabut berperan sebagai lambang kehadiran Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel. Tabut itu bahkan hampir diidentifikasikan dengan-Nya (bdk. Bil. 10:35-36, Musa menyapa Tabut Perjanjian sebagai Tuhan).
Tabut itu menyertai orang Israel pada pengembaraan di padang gurun (Bil. 10:33-36). Ketika orang Israel hendak memasuki Tanah Terjanji, tabut ini memutus aliran Sungai Yordan sehingga orang Israel dapat menyeberangi sungai itu tanpa menjadi basah (Yos. 3:13 dst.). Kemudian tabut ini dibawa keliling tembok Yerikho (Yos. 6) sampai benteng kota itu roboh dan orang Israel dapat merebut kota itu. Di Kanaan, Tabut Perjanjian ditempatkan di satu tempat suci dari suku-suku Israel: mula-mula di Gilgal (Yos. 4 – 5), kemudian Betel (Hak. 20:27), dan akhirnya di Silo (1Sam. 3:3). Di Kanaan ini, Tabut Perjanjian menjadi lambang persekutuan suku-suku Israel yang berkumpul di tempat suci itu.
(Bersambung)