Apa yang harus dilakukan agar kita tidak tergoda melakukan korupsi?
Korupsi harus diberantas. Mereka yang melakukan korupsi harus dihukum. Mengenai hukuman bagi para koruptor, baiklah hal ini dipercayakan kepada pemerintah, yang tentunya akan bertindak sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, bagian kita adalah menjaga diri kita masing-masing agar tidak terjangkit oleh kejahatan ini. Untuk itu, beberapa hal berikut kiranya dapat menjadi pedoman:
Pertama, korupsi adalah kejahatan, sehingga harus ditolak. Perintah Tuhan: “Jangan mencuri” (Kel. 20:15; Ul. 5:19) merupakan pegangan bagi seluruh umat beriman agar menghindari korupsi dalam bentuk apa pun.
Kedua, hindari keterikatan terhadap segala sesuatu yang bersifat duniawi. Sejauh berada di dunia, tidak dapat disangkal bahwa kita memerlukan uang dan harta benda. Mencari uang demi mencukupi kebutuhan hidup dengan demikian merupakan suatu keharusan. Namun, mengingat hidup itu fana, jangan sampai kita dibelenggu oleh materi. Kita mencari uang untuk hidup, tetapi bukan hidup untuk mencari uang. Nasihat Yesus berikut patut diperhatikan, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya (Mat. 6:19-20).
Ketiga, jangan silau akan kekayaan orang lain, terutama kalau orang itu memperolehnya dengan cara yang tidak jujur. Meskipun seandainya orang-orang di sekeliling kita melakukan korupsi, jejak mereka tetap tidak boleh kita ikuti. Kita justru harus melakukan tindakan konkret untuk memutus lingkaran setan ini. Budaya korupsi harus dimusnahkan, dan semua orang harus sadar bahwa bermegah karena hal-hal lahiriah merupakan suatu kesia-siaan (bdk. 2Kor. 5:12). Paulus berkata, “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan” (1Kor. 1:31). Tentang mereka yang suka berbuat curang, pemazmur berkata, “Jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau” (Mzm. 37:1-2).
Keempat, tumbuhkanlah semangat bersyukur. Rasa syukur atas segala anugerah Tuhan kepada kita merupakan senjata ampuh untuk menangkal munculnya rasa cemburu dan iri hati terhadap orang lain. Membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan yang dimiliki orang lain adalah pekerjaan yang sungguh tidak berguna. Dengarlah nasihat pemazmur berikut, “Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang” (Mzm. 37:3-6).
Kelima, bekerja dan berusahalah dengan tekun dan jujur. Hidup berkelimpahan merupakan kombinasi antara kerja yang tekun dari pihak manusia dan pencurahan berkat dari pihak Allah. Karena itu, yang perlu kita lakukan adalah bekerja dengan sebaik-baiknya, yakni dengan semangat tinggi, dengan gembira, dan dengan penuh dedikasi. Selebihnya kita percayakan semuanya kepada kemurahan hati Allah. Ia tidak akan membiarkan umat-Nya berkekurangan (bdk. Mzm. 23:1). “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus,” demikian menurut Paulus (Flp. 4:19).
(Bersambung)