Markus 3:1-6
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
***
Permusuhan terhadap Yesus semakin memuncak. Serangan lawan kini tertuju langsung kepada-Nya. Kejengkelan mereka tampaknya sudah sampai ke ubun-ubun. Bagaimana tidak, Yesus membiarkan murid-murid-Nya melanggar hukum Sabat, menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia, lalu menyatakan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat (Mrk. 2:23-28). Akan tetapi, mengapa orang-orang itu mesti kesal? Yesus tidak asal bicara. Ia sungguh Anak Manusia yang penuh kuasa. Mukjizat berikut menunjukkan hal itu.
Hari Sabat itu di rumah ibadat ada Yesus, orang-orang Farisi, dan orang yang lumpuh salah satu tangannya. Kita langsung tahu, konflik menyangkut pelaksanaan hukum Sabat akan berlanjut. Benar saja, orang-orang Farisi sejak semula mengamati-amati Yesus. Mereka berharap Ia melakukan pelanggaran, yakni menyembuhkan orang sakit itu. Biarpun diawasi, Yesus kelihatannya tidak peduli. Ia malah meminta si sakit agar berdiri di tengah, lalu bertanya kepada para lawan-Nya: Mana yang boleh dilakukan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan atau membunuh?
Mereka diam tidak menjawab. Itu artinya mereka tidak peduli pada kehendak Allah, tetapi berkeras dengan pendapat mereka sendiri. Pilihan Yesus jelas: Sabat adalah saat untuk berbuat baik, saat untuk menghadirkan keselamatan Allah.
Kesembuhan si sakit membuktikan bahwa pilihan Yesus dibenarkan Bapa. Lalu apa pilihan orang Farisi? Geram karena dibungkam Yesus, saat itu juga mereka mengadakan persekongkolan untuk membunuh Dia. Astaga, hari Tuhan malah mereka isi dengan rencana pembunuhan!