Bagaimana dengan kasus-kasus penyuapan?
Banyaknya ayat Alkitab yang berbicara tentang penyuapan menunjukkan bahwa suap-menyuap merupakan praktik kotor yang tersebar luas pada masa itu. Saking parahnya, banyak orang sampai menganggap kejahatan ini sebagai kelaziman. Mereka berpendapat bahwa jalan termudah untuk mendapatkan sesuatu adalah dengan menyuap. Yesaya mencela situasi tersebut. Dengan geram, ia mengecam para pemimpin Yehuda yang gemar disuap. “Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok” (Yes. 1:23). Suap adalah kejahatan serius, sebab bisa membuat orang salah menjadi benar, dan sebaliknya orang benar menjadi salah (Yes. 5:23). Suap pula yang membuat proses peradilan di pintu-pintu gerbang kota menjadi tidak berfungsi, sebab pihak yang mengadili dan para saksi dikendalikan semuanya oleh uang (Am. 5:12).
Kemarahan Yesus di pelataran Bait Allah (Mat. 21:12-13) kemungkinan juga berlatar belakang praktik korupsi berupa suap-menyuap. Dari rumah doa, Rumah Tuhan berubah wujud menjadi sarang penyamun. Halaman Bait Allah penuh dengan penukar uang dan pedagang hewan yang berlomba-lomba mencari keuntungan dari para peziarah. Mereka bisa berjualan di situ dengan bebas agaknya setelah menyuap pihak-pihak yang berkepentingan, dalam hal ini para pegawai Bait Allah dan imam besar.
Betapa suap dapat mendatangkan kerugian besar bagi orang lain dialami sendiri oleh Yesus, sebab Ia sampai kehilangan nyawa-Nya setelah Yudas disuap oleh imam-imam kepala (Mat. 26:14-16). Oleh mereka, nyawa Yesus dihargai sebesar tiga puluh uang perak saja. Setelah menerima uang itu, yang ada di pikiran Yudas hanyalah niat jahat. Ia mencari-cari waktu yang tepat untuk menyerahkan Yesus kepada lawan-lawan-Nya.
Bagaimana dengan perbuatan-perbuatan curang?
Orang-orang yang berkuasa sering kali menyalahgunakan kedudukan mereka untuk memeras orang kecil, termasuk pekerja-pekerja mereka sendiri. Membuat orang miskin semakin miskin memang merupakan salah satu cara yang bisa membuat orang kaya semakin kaya. Dalam kitab Kejadian, Yakub dikisahkan mengeluh kepada Lea dan Rahel, sebab ia merasa dikerjai oleh Laban, ayah kedua istrinya itu. “Ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku” (Kej. 31:7). Karena tidak mau kekayaannya tersaingi oleh Yakub, Laban tidak mau membayar upah Yakub sebagaimana mestinya.
Pada masa Amos, kecurangan dilakukan oleh orang-orang kaya dengan merekayasa sistem utang-piutang sedemikian rupa sehingga orang kecil yang berutang tidak mungkin bisa melunasi pinjaman mereka. Utang menjerat leher mereka, sehingga pada akhirnya mereka dipaksa untuk menjual diri mereka sendiri sebagai budak. “Mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut” (Am. 2:6). Para pedagang yang gemar menyunat hak pembeli juga dikecam oleh Amos. Dengan licik, pedagang-pedagang itu selalu mencari celah untuk melakukan korupsi. “Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu?” (Am. 8:5).
(Bersambung)